BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang
diperlukan setiap manusia sebagai dasar guna membuka
jendela pengetahuan agar dapat mengembangkan kemampuan, bakat, dan potensi yang dimiliki
di dalam dirinya. Melalui
pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses
pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan
rasa tanggung jawab yang besar.
Pendidikan tentunya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
mampu bersaing. Hamalik (2004:
3), menyatakan bahwa sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan
peradabannya maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan
dan pengajaran.
Pendidikan
adalah sebuah dasar untuk membangun bangsa yang kuat sebagaimana yang tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang system
pendidikan nasional bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan adanya pengetahuan, seseorang dapat
meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Seiring dengan
berkembangnya
zaman yang semakin maju, maka berbagai persaingan dalam mencari
kesejahteraan hidup akan semakin
nampak. Oleh karena itu, saat
ini pendidikan menjadi salah
satu tuntutan wajib yang diterapkan di
berbagai negara. Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin
keberlangsungan hidup suatu bangsa dan negara, terlebih khusus untuk
mengembangkan kualitas sumber daya manusianya. Perwujudan masyarakat yang
berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam
mempersiapkan peserta didik menjadi sasaran yang makin berperan untuk
menampilkan keunggulan dirinya yang kreatif, inovatif, mandiri dan profesional
pada bidangnya.
Keterlibatan
orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan umum anak, khususnya dalam
belajar anak. Efek dari keterlibatan orang tua dalam belajar anak salah satunya anak menjadi sukses dalam
pembelajaran di sekolah, karena orang tua mendukung dan terlibat dalam
pendidikan anak (Ristiani, 2015: 5). Pelibatan orang tua serta pemberdayaannya
dalam mendidik anak untuk menghadapi masa depan, berhubungan dengan suatu
strategi yang mengacu pada hubungan antara orang tua dan anak. Nasib pendidikan
anak tersebut berada di tangan kedua orang tuanya. Kewajiban setiap orang tua
dalam proses pendidikan adalah mengembangkan potensi anaknya yang banyak
bergantung dari suasana pendidikan yang bersumber dari keadaan keluarga,
pergaulan, dan kehidupan spiritual antara orang tua dan anak.
Kehidupan keluarga yang bertanggung jawab, sudah semestinya mampu
menghadapi dan menangani tantangan atau permasalahan dengan berbagai persoalan
kehidupan yang dinamis karena peningkatan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
perubahan nilai-nilai sosio-kultural sangat meningkat, sehingga mampu
mengelola, dan mengatur masalah-masalah yang belum terpecahkan di dalam
kehidupan. Ini sekaligus dapat disertai dengan menjalin kepentingan keluarga
tersebut dalam kepentingan lingkungannya. Usaha seperti ini bukan hanya sebagai
tugas masyarakat dan pemerintah, melainkan juga menjadi tugas rumah, yaitu
tugas orang tua karena setiap persoalan kehidupan harus dihadapi. Anak harus
mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan etis, yang dilandasi
pengertian bahwa perkembangannya kepribadiannya juga ditentukan dengan adanya
manusia lain. Orang tua sebagai pendidik anak bertugas untuk terus-menerus
mengamati dan berupaya meneladani prilaku yang baik dalam menjalankan tugasnya.
Berbagai upaya tersebut akan mengarahkan anak menyadari tujuan hidupnya,
menyadari apa yang diharapkan oleh lingkungannya, dan menemukan jati dirinya
sehingga dapat mewujudkan cita-cita bangsanya. Dengan demikian, kualitas SDM
anak akan meningkat dan hasil belajar anak di sekolah akan maksimal.
Kenyataan yang terjadi pada masa kini adalah anak lebih cendrung sibuk
dengan dunia kesenangannya. Perkembangan IPTEK dapat menyebabkan penurunan
moral anak bangsa. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian orang tua
terhadap anak karena orang tua lebih fokus pada kesibukannya baik di kantor,
berkebun, ataupun sebagai wirausaha. Orang tua tidak memanfaatkan lingkungan
keluarga sebagai tempat belajar untuk anak serta menjadi guru di rumah bagi
anak. Kurangnya keterlibatan orang tua inilah yang menjadi salah satu faktor
rendahnya hasil belajar anak. Keluarga
sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan
anak
dalam
menempuh pendidikannya di sekolah,
sehingga sangat mempengaruhi hasil belajar anak pada jenjang
pendidikan yang sedang ditempuhnya. Anak dalam menjalani pendidikan
di lingkungan keluarga biasanya
terdapat hambatan-hambatan
yang dialami.
Menurut Ihsan
(2008: 19), hambatan tersebut antara
lain: 1) anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua,
2) figur Orang Tua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada
anak,
3) sosial ekonomi
keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa
menunjang belajar, 4) kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk
memanjakan
anak. orang tua yang berlebihan kasih sayang
pada anaknya akan melayani setiap permintaan anaknya. Contohnya penggunaan handphone tanpa diawasi oleh orang tua
sehingga anak-anak cendrung terpengaruh dengan budaya asing yang dapat merusak
moral dan kepribadiannya. 5) orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak,
tuntutan orang tua yang terlalu tinggi,
6) orang tua yang
tidak bisa memberikan
kepercayaan kepada anak,
(7) orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas
kepada anak.
Berkaitan dengan pendapat di atas, perhatian orang tua termasuk ke
dalam
hambatan yang
biasa terjadi dalam menjalani pendidikan di lingkungan keluarga. Kegiatan belajar seorang siswa dibutuhkan adanya peran
serta atau keterlibatan dari
orang tua agar anak semangat dalam
belajarnya. Oleh karena itu, maka setiap lembaga
melakukan penelitian dengan tujuan agar lebih jelas untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi di sekolah. Untuk meningkatkan hasil belajar
siswa-siswi sangat dibutuhkan interaksi belajar mengajar antara siswa-siswi
dengan guru serta keterlibatan orang tua terhadap pendidikan anak.
Namun kenyataan yang
terjadi di SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada menunjukkan bahwa
kurang terdapat interaksi sosial yang
diharapkan antara orang tua dan anaknya. Hal ini dapat kita lihat dari hasil wawancara
dengan guru di SDI Rutosoro dan Watuwula bahwa hasil pada rata-rata nilai ujian
formatif siswa-siswi yang menunjukkan angka yang kurang memuaskan atau tidak sesuai dengan KKM
yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana rata-rata nilai ujian formatif
siswa-siswi menunjukan angka yang sangat rendah dengan rata-rata persentasenya adalah 70% yang
seharusnya KKM mencapai 75%. Hanya sebagian orang tua yang
terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar di rumah seperti menyediakan
fasilitas belajar, alat penunjang belajar, dan pemberian bimbingan. Orang tua
cenderung menyerahkan anaknya sepenuhnya di sekolah.
Kemudian berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa orang tua menujukkan bahwa orang tua kurang memberikan
bimbingan dan dukungan kepada anaknya, orang tua kurang memperhatikan anak
dalam belajar di rumah, orang tua jarang menanyakan bagaimana hasil belajar
yang diperoleh di sekolah, dan orang tua juga kurang memberikan motivasi
belajar kepada anaknya sehingga anak tersebut tidak mendapat hasil belajar yang
sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini terlihat juga dari hasil wawancara
dengan siswa-siswi, beberapa siswa-siswi mengakui bahwa orang tua mereka kurang
memperhatikan kegiatan belajar dirumah, diantaranya: tidak menyediakan
fasilitas belajar, kurang mengawasi
waktu belajar anak, tidak mengenal kesulitan belajar anak, tidak memberikan bimbingan dan
nasihat, tidak pernah memberikan
penghargaan
dan hukuman kepada anak, kurang menciptakan suasana belajar
yang tenang
dan tentram.
Menyadari
akan betapa pentingnya persoalan di atas, maka judul yang diambil dalam
penelitian ini adalah “Hubungan antara Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil
Belajar Siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada Tahun
Ajaran 2017/2018.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang
di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. “Apakah Terdapat Hubungan
yang Positif dan Signifikan antara Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil Belajar
Siswa-siswi SD se-gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Tahun Pelajaran
2017/2018?”.
1.3
Tujuan
Penelitian
Penelitian
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan orang tua dengan hasil
belajar siswa-siswi SD se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Tahun
Pelajaran 2017/2018.
1.4
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini
antara lain sebagai berikut.
1.4.1
Manfaat
Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini
diharapkan mampu memberikan sumbangan kepada pengguna penelitian ini, terutama
terhadap peningkatan hasil belajar
pada siswa-siswi SD se-gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
1.4.2
Manfaat
Praktis
1) Bagi
Siswa
Meningkatkan
hasil belajar siswa-siswi SD se-gugus IX, Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada
Tahun Ajaran 2017/2018.
2) Bagi
Guru
Dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif untuk memperbaiki proses pembelajaran
di SD se-gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
3) Bagi
Orang Tua
Sebagai
bahan refleksi untuk peningkatan hasil belajar anak di sekolah dimulai dari
keterlibatan orang tua secara aktif.
4) Bagi
Peneliti
dan peneliti lain
Menjadi landasan dalam rangka
menindaklanjuti penelitian dengan ruang
lingkup yang lebih luas. Sementara bagi peneliti yang lain, hasil
penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian dalam
bidang keterlibatan orang tua dalam pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Kajian
Teori
2.1.1
Hakekat Belajar
2.1.1.1
Pengertian Belajar
Definisi
belajar yang umum diterima saat ini adalah bahwa belajar merupakan suatu usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya (Anitah, 2009: 25). Hal ini senada dengan
pengertian belajar menurut Sardiman,
Meka (2017: 80) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan sesorang untuk memeproleh suatu perubahan yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
sesamanya.
Proses perubahan tingkah laku merupakan gambaran
terjadinya rangkaian perubahan dalam kemampuan siswa-siswi. Sedangkan Hamalik
(2004: 27) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dengan kata
lain, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai
tujuan.
Kemudian menurut
Gestalt (dalam Anitah, 2009: 226)
mengatakan bahwa belajar adalah mengubah pemahaman siswa-siswi. Perubahan ini
akan terjadi apabila siswa-siswi menggunakan lingkungan. Belajar adalah suatu
proses yang bertujuan eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Belajar selalu
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan tingkat tinggi dan berpikir tinggi.
Menurut teori belajar ini siswa-siswi merupakan individu yang utuh. Hal ini
dijelaskan kembali oleh Sadirman (2011: 21) bahwa belajar adalah rangkaian
kegiatan jiwa raga, psiko-fisik
untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut
unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut
teori ini, belajar harus melibatkan segala aspek kehidupan manusia. Sejalan
dengan teori diatas, Gagne (dalam Komalasari 2015: 2) mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecendrungan manusia seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuannya
yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.
Jika dikaitkan dengan pendapat di
atas, maka perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup
pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup (life skill) bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir dan
keterampilan sosial, juga yang tidak kalah pentingnya adalah nilai dan sikap.
Kemudian definisi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesi (dalam Rahyubi, 2012: 2), secara etimologis
belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini
memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk
mencapai kepandaian atau ilmu yang tidak dimiliki sebelumnya. Dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, serta dapat melaksanakan dan memiliki sesuatu. Belajar memiliki
pengertian memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai
pengalaman, dan menentukan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar
memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang
sesuatu. Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk
membawa perubahan yang lebih baik.
Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang
lebih baik secara sistematis. Proses belajar terdiri atas tiga tahapan yaitu
tahap informasi, transformasi dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap
informasi adalah proses penjelasan, penguraian, atau pengarahan mengenai
prinsip-prinsip struktur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tahap
transformasi adalah proses peralihan atau perpindahan prinsip-prinsip tadi ke
dalam diri peserta didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi.
Namun, informasi harus dianalisis, diubah, atau ditransformasikan ke dalam
bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan dalam konteks
yang lebih luas. Dalam hal ini, peranan dan bantuan pengajar sangat diperlukan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah Suatu proses perubahan tingkahlaku individu
berdasarkan pengalamannya yang dihasilkan melalui interaksi antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dan
lingkungannya untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
2.1.1.2
Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar adalah landasan berpikir,
landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan harapan tujuan pembelajaran
tercapai dan tumbuhnya proses belajar antara peserta didik dan pendidik yang
dinamis dan terarah (Yatim, 2012: 62). Adapun prinsip-prinsip belajar
menurut Slameto antara lain sebagai berikut. (1) Dalam belajar setiap siswa-siswi
harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk
mencapai tujuan instruksional. (2) Belajar harus dapat menimbulkan
“reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa-siswi untuk mencapai tujuan
instruksional. (3) Belajar perlu lingkungan yang
menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan
belajar dengan efektif. (4) Belajar
perlu ada interaksi siswa-siswi dengan
lingkungannya.
Prinsip-prinsip belajar sesuai materi atau bahan
yang harus dipelajari antara lain sebagai berikut. (1) Belajar bersifat keseluruhan dan
materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga
siswa-siswi mudah menangkap pengertiannya. (2) Belajar harus dapat mengembangkan
kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan innstruksional yang harus dicapai. (3) Belajar memerlukan sarana yang
cukup sehingga siswa-siswi dapat belajar dengan tenang. (4) Repetisi, dalam proses belajar
perlu latihan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam
pada siswa-siswi.
Sedangkan
menurut Weil (dalam Rusman, 2012: 100) ada tiga prinsip penting dalam proses
pembelajaran, yaitu sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran adalah
membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur
kognitif siswa-siswi. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang
harus dipelajari. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisik, sosial, dan
logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan
sosial. Atas dasar tiga prinsip pembelajaran tersebut di atas, maka proses
pembelajaran harus diarahkan agar siswa-siswi mampu mengatasi setiap tantangan
dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi
yang harus dimiliki, yang meliputi: kompetensi akademik, kompetensi
okupasional, kompetensi kulturan, dan kompetensi temporal.
Selain itu, Rusman (2012: 104) mengemukakan
prinsip-prinsip belajar bagi siswa-siswi yaitu sebagai berikut: (1)
perhataian dan motivasi. Untuk membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar
secara terus-menerus, siswa-siswi dapat melakukannya dengan menentukan atau
mengetahui tuuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara positif
pujian/dorongan dari orang lain, (2) keaktifan. Prinsip keaktifan bagi
siswa-siswi berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang
dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, serta menuntu siswa-siswi terlibat
langsung dalam proses pembelajaran, (3) pengulangan. Adanya prinsip pengulangan
bagi siswa-siswi adalah kesadaran bagi siswa-siswi untuk bersedia untuk
mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan, (4)
tantangan. Tantangan bagi siswa-siswi adalah tuntutan dimilikinya kesadaran
pada diri siswa-siswi akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses
dan mengolah pesan, (5)
balikan dan penguatan. Siswa-siswi akan selalu memiliki pengetahuan tentang
hasil (knowledge of result), yang
sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi
dirinya sendiri. Hal ini timbul karena adanya kesadaran kebutuhan untuk
memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang
dilakukannya, (6) perbedaan individual.
Setiap siswa-siswi memiliki karakteristik yang berbeda antar satu dengan yang
lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa-siswi yang lain akan
membantu siswa-siswi, menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya
sendiri.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar menurut para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut: 1)
adanya perubahan prilaku individu yang di dapat dari hasil belajar, 2)
perubahan prilaku tersebut bersifat menetap, 3) adanya interaksi antara
individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya, 4) adanya
perhatian dan motivasi dalam belajar
2.1.1.3 Ciri-ciri Belajar
Susilo (2009:
39) mengemukakan ciri-ciri belajar sebagai berikut. (1) Belajar dengan kematangan.
Pertumbuhan adalah faktor utama sebagai pengubah tingkah laku. Bila serangkaian
tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan,
maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan dan bukan karena
belajar. Memang banyak perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi
antara kematangan dan belajar, yang berlangsung dalam proses yang rumit.
Misalnya, anak mengalami kematangan untuk berbicara, kemudian berkat pengaruh
percakapan masyarakat di sekitarnya, maka dia dapat berbicara tepat pada
waktunya. (2) Belajar dibedakan dari
perubahan fisik dan mental. Perubahan
tingkah laku juga dapat terjadi karena perubahan fisik dan mental karena
melakukan suatu perbuatan berulangkali yang mengakibatkan badan menjadi
lelah/letih. Gejala seperti kelelahan mental, konsentrasi menjadi kurang,
melemahnya ingatan, terjadi kejenuhan, semua dapat menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku, mislanya berhenti belajar, menjadi bingung,dan rasa kegagalan.
Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tak dapat digolongkan sebagai belajar.
Jadi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh perubahan fisik dan mental
bukan atau berbeda dengan belajar dalam arti yang sebenarnya. (3) Belajar hasilnya relative menetap.
Hasil belajar dalam bentuk tingkah laku. Belajar berlangsung dalam bentuk
latihan dan pengalaman.
Tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku yang nyata dan dapat diamati.
Misalnya, sesorang bukan hanya mengetahui sesuatu yang perlu diperbuat, melainkan juga melakukan itu sendiri
secara nyata. Jadi, istilah menetap dalam hal ini, bahwa perilaku itu dikuasai
secara mantap. Kemantapan ini berkat latihan dan pengalaman.
Sedangkan ciri-ciri belajar menurut Djamarah (www://karyatulisku.com) yaitu sebagai berikut. 1) Perubahan yang
terjadi secara sadar. Individu pebelajar dengan tahu dan mau mengalami proses
belajar, sehingga perubahan yang terjadi dapat dirasakan secara langsung atau
secara sadar. 2) Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional. Fungsi dari
belajar adalah menghasilkan perubahan prilaku individu yang didapat dari hasil
belajar. 3) Perubahan dalam belajar
yang bersifat positif dan aktif. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara. 5) Perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah. Prinsip belajar yang efisien adalah belajar yang
mempunyai tujuan dan terstruktur sehingga menghantar individu menuju hasil
belajar yang maksimal. 6) Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku. Hasil belajar harus mengarah pada
perubahan individu dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.1.2
Hakekat Hasil Belajar
2.1.2.1
Pengertian Hasil Belajar
Hasil
belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di
sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukann
secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut
dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil
belajar siswa-siswi. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasio hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa-siswi, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).
Sedangkan
Menurut Suprijono (2012: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Selanjutnya Supratiknya (2012: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi
objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh
siswa-siswi setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata
pelajaran tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan
mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Kemudian
Sudjana (2010: 22) mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa-siswi setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito
(dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar
ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen
pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni,
dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil
dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya.
Perubahan tersebut diantaranya dari aspek cara berpikirnya, keterampilannya,
atau sikapnya terhadap suatu objek.
Senada dengan Wahidmurni, Susanto (Awe: 2017: 232)
mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil
dari belajar.
Pada
umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Maka ranah-ranah tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut. 1) Rana kognitif, adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan
intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan
memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan
yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2)
Rana afektif, berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Ada lima
tingkatan dalam ranah afektif ini yaitu penerimaan, merespons, menghargai,
organisasi, dan pola hidup. 3) Rana psikomotor, meliputi semua tingkah laku
yang menggunakan syaraf dan otot badan. Ada lima tingkatan dalam ranah ini,
yaitu imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi (Sanjaya,
2009: 127-128). Menurut Slameto (2008:
8) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu
proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan
menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa-siswi”. Lebih lanjut Slameto (2008:
8) mengemukakan bahwa “hasil belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang
diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa-siswi dengan tujuan
mengukur kemajuan belajar siswa-siswi”.
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
hasil belajar adalah perubahan prilaku secara positif serta kemampuan yang
dimiliki siswa-siswi dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang
berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi
verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya.
2.1.2.2
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Munandi (dalam
Rusman, 2012: 124), meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu sebagai
berikut.
Faktor internal. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dari dalam diri siswa-siswi. Yang
termasuk dalam faktor internal adalah sebagai berikut. (1) Faktor
fisiologis.
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani. Hal-hal
tersebut dapat mempengaruhi siswa-siswi dalam menerima materi pembelajaran.(2) Faktor
psikologis. Setiap
individu dalam hal ini siswa-siswi
pada dasarnya memliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini
turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar
siswa-siswi.
Faktor
eksternal. Faktor eksternal merupakan yang datang dari luar diri
siswa-siswi. Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah sebagai berikut. (1)
faktor lingkungan. Faktor
lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan
alam misalnya suhu, kelembaban. (2).
Faktor instrumental.
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini
diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan
belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa
kurikulum, sarana, dan guru.
Sedangkan menurut Purwanto (Thobroni: 2015: 28-30) berhasil atau
tidaknya perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang
dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut. Faktor yang ada
pada diri organisme tersebut yang disebut faktor individual, yang meliputi
hal-hal sebagai berikut: (1) faktor kematangan atau pertumbuhan, (2) faktor
kecerdasan atau intelegensi, berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari
sesuatu dipengaruhi pula oleh faktor kecerdasan, (3) faktor latihan dan ulangan
dengan berlatih, sering melakukan hal yang berulang-ulang, kecakapan dan
pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan makin mendalam, (4)
faktor motivasi, motivasi merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk
melakukan sesuatu, (5) faktor pribadi, setiap manusia memiliki sifat
kepribadiannya masing-masing yang berbeda dangan manusia lain. Faktor yang ada
diluar individu yang disebut faktor sosial. Yang termasuk faktor dari luar individu atau faktor sosial antara
lain: (1) faktor keluarga atau
keadaan rumah tangga, (2) suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam
turut menentukan bagaiamana dan sampai dimana belajar dialami anak-anak (3)
faktor guru dan cara mengajarnya, (4) faktor alat-alat yang digunakan dalam
belajar mengajar, (5) faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia, (6)
faktor motivasi sosial yang berasal dari orang tua yang selalu mendorong anak
untuk rajin belajar, motivasi dari orang lain, seperti dari tetangga, sanak
keluarga, teman-teman sekolah dan teman sepermainan.
2.1.3
Keterlibatan
Orang Tua
Keterlibatan
berasal dari kata libat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa
keterlibatan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga
keterlibatan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan
segala yang dibendakan. Para penelitian telah mendefinisikan keterlibatan dari
berbagai macam sudut pandangnya.
Sedangkan
Menurut Ristiani (2015: 12) bahwa kata “terlibat‟ (keterlibatan) dapat
diartikan sebagai keikutsertaan atau ikut terlibat, ikut berpartisipasi atau ikut berperan dalam
situasi tertentu. Kaitannya dengan penelitian ini yaitu keterlibatan Orang Tua
dalam belajar anaknya, keterlibatan di sini mengandung arti keikutsertaan dan
partisipasi serta berperannya Orang Tua dalam kegiatan belajar anaknya, baik
yang menyangkut pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana belajar, aktivitas
belajar anak di rumah dan di sekolah, maupun dorongan dan motivasi Orang Tua
terhadap kegiatan belajar anaknya.
Orang
tua adalah orang yang bertanggung jawab penuh dengan keluarganya di rumah.
Pengertian Orang Tua Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa orang tua
artinya ayah dan ibu. Hal ini sejalan dengan pengertian orang tua menurut Turisqoh
(2009: 17) bahwa Orang
tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan
hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah
keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan
membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak
untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemudian menurut Zakiah
Daradjat (dalam Hasbi, 2012: 2) orang tua
merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Lebih lanjut menurut pendapat
Miami (dalam Oktaviani, 2017: 2) orang
tua adalah pria dan wanita yang terikat perkawinan dan siap sedia untuk memikul
tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.
Sedangkan menurut Rahmat, Stephanus
Turibius (dalam Obon, 2017: 16) orang tua adalah guru
moral pertama anak-anak dan pemberi pengaruh yang paling dapat bertahan lama.
Seorang anak dapat berganti-ganti guru setiap tahunnya, tetapi mereka memiliki
satu orang tua sepanjang masa pertumbuhannya. Orang tua berada pada posisi
sebagai pengajar moralitas yang menawarkan sebuah visi kehidupan dan alasan
utama untuk menjalani kehidupan yang bermoral.
Pengaruh kekuatan
pengasuhan orang tua sangat menentukan perkembangan seorang anak. pembentukan
karakter anak berarti membentuk perilaku, kebiasaan, kemampuan, kecendrungan,
potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang baik dan konstruktif dalam diri
seorang anak. Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat perkawinan dan siap
sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dan menjadi pendidik
utama dan pertama bagi anak untuk membentuk moral dan kepribadian anak-anak
yang dilahirkannya.
Mulai
dari orang tua melahirkan anaknya, disitulah orang tua harus memulai tanggung
jawabnya. Ihsan (2008: 63) mengungkapkan bahwa tanggung jawab yang perlu
disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai
berikut: 1) memelihara dan membesarkannya, 2) melindungi dan menjamin
kesehatannya, 3) mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan,
4) membahagiakan anak.
Sedangkan
menurut Hasbullah (2011: 44) dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anaknya meliputi: 1) adanya
motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak.
Kasih sayang orang tua yang ikhlas dan murni akan mendorong sikap dan tindakan
rela menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberikan
pertolongan kepada anaknya. 2) Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai
konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Adanya tanggung jawab
moral ini meliputi nilai-nilai agama atau nilai-nilai spiritual. 3) Tanggung
jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung
jawab masyarakat, bangsa dan negara. Tanggung jawab sosial itu merupakan
perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang dibina oleh darah,
keturunan dan kesatuan keyakinan. 4) Memelihara dan membesarkan anaknya.
Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak
memerlukan makan, minum, dan perawatan, agar ia dapat hidup secara
berkelanjutan. Disamping itu ia bertanggung jawab dalam hal melindungi dan
menjamin kesehatan anaknya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai
gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan diri anak
tersebut. 5) Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah
dewasa akan mampu mandiri.
Tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) memelihara
dan membesarkannya, 2) melindungi dan menjamin kesehatannya, 3) membahagiakan
anak, 4) adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang
tua dan anak, 5) pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi
kedudukan orang tua terhadap keturunannya, 6) tanggung jawab sosial, dan 7) memberikan
pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
kehidupan anak kelak. Menurut
(Kristiyani,2013:-32) Keterlibatan Orang Tua
di sekolah dapat didefinisikan sebagai partisipasi Orang Tua dalam pendidikan
anaknya dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya. Kemudian Henderson
(dalam Tolada 2012: 18) mendefinisikan keterlibatan orang tua merupakan hal
yang sangat penting untuk mendukung belajar anak, baik di sekolah formal maupun
di kursus belajar. Menurut Hawes & Jesney (dalam Ristiani, 2015: 13)
keterlibatan Orang Tua diartikan sebagai partisipasi Orang Tua terhadap
pendidikan dan pengalaman anaknya. Berdasarkan hal tersebut, keterlibatan Orang
Tua merupakan partisipasi langsung Orang Tua terhadap pendidikan belajar anak
baik di sekolah maupun di tempat lain yang dapat mendukung kemajuan anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang
tua merupakan bentuk peran serta atau kepedulian orang tua untuk ikut bertanggung
jawab terhadap proses pendidikan anaknya, membantu proses tumbuhkembang
anak, baik fisik, motorik serta perkembangan kognitif anak dengan
tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya.
Menurut pendapat Henderson dan Berla (dalam Olsen dan
Fuller, 2003: 136), tanda-tanda yang paling akurat dari pemahaman siswa-siswi
di sekolah adalah bukan dikarenakan status sosial tetapi tingkat dimana
keluarga siswa-siswi mampu untuk: 1) menciptakan lingkungan rumah yang dapat
mendorong pembelajaran, 2) menunjukkan harapan yang tinggi (tapi masuk akal)
untuk pemahaman dan masa depan anak, dan 3) menjadi pendorong pendidikan
anak-anak di sekolah dan di masyarakat.
Anderson dan Berla (dalam
Agustina, 2016: 14.) telah mengkaji dan menganalisis delapan puluh lima kajian
yang telah mendokumentasikan manfaat menyeluruh dari keterlibatan orang
tua dalam pendidikan anak. Sebuah keterlibatan orang tua yang direncanakan
secara efektif dan diterapkan dengan baik akan memberi manfaat yang sangat
banyak bagi anak, orang tua, pendidik, dan sekolah. Manfaat-manfaat tersebut
dapat diurikan sebagai berikut.
Manfaat Bagi Anak. Adapun manfaat keterlibatan orang tua
bagi anak-anak adalah sebagai berikut: 1) anak-anak cenderung lebih paham,
tanpa memandang latar belakang suku atau ras, status sosial ekonomi maupun
tingkat pendidikan orang tua, 2) secara umum anak-anak mendapatkan peringkat,
nilai dan presentasi kehadiran yang lebih baik, 3) anak-anak secara
konsisten mengerjakan pekerjaan rumah mereka, 4) anak-anak memiliki harga diri
yang lebih baik akan lebih disiplin dan menampakkan pendapat serta motivasi
untuk bersekolah, 5) perilaku positif anak-anak tentang sekolah akan selalu
berhasil meningkatkan perilaku baik di sekolah serta mengurangi pelanggaran
disiplin, 6) meminimalkan jumlah
siswa-siswi yang ditempatkan di pendidikan khusus dan di kelas remedial, 7)
anak-anak dari beragam latar belakang budaya mudah berbaur saat orang tua dan
pegawai profesional bekerja sama untuk menjembatani batas antara budaya di
rumah dan budaya di sekolah, 8) siswa-siswi SMP dan SMA yang orang tuanya
selalu terlibat akan mudah mengatasi masa transisi dan mengurangi angka putus
sekolah.
Manfaat bagi Orang Tua. Keterlibatan orang tua dalam
mendukung perkembangan anaknya secara tidak sadar bahwa orang tua juga
mendapatkan sisi positifnya, dimana: 1) para orang tua dapat meningkatkan
interaksi dan diskusi dengan anak-anak mereka dan menjadi lebih responsive dan
sensitive terhadap perkembangan intelektual, sosial, dan emosi anak-anak, 2)
para orang tua lebih percaya diri dalam mengasuh dan terampil dalam membuat
keputusan, 3) sebagai orang tua, memperoleh wawasan tentang perkembangan anak,
akan lebih berguna dan menjadi dorongan positif sehingga mengurangi pemberian
hukuman pada anak-anak mereka, 4) para orang tua memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang tugas guru dan kurikulum sekolah, 5) saat para orang tua sadar
tentang apa yang dipelajari anak-anak, mereka dengan senang hati membantu
ketika para guru meminta mereka terlibat dalam aktivitas pembelajaran di rumah,
6) persepsi orang tua terhadap sekolah menjadi lebih baik dan memperkuat ikatan
serta komitmen dengan sekolah, 7) para orang tua akan lebih sadar dan menjadi
lebih peduli terhadap kebijakan-kebijakan pendikdikan anak-anak mereka ketika
para orang tua diminta sekolah untuk terlibat sebagai tim pengambil keputusan.
Manfaat bagi Pendidik. Adapun manfaat atas keterlibatan
orang tua dalam mendukung tingkat perkembangan anak bagi pendidik yaitu sebagai
berikut. 1) Ketika suatu sekolah memiliki tingkat presentasi yang tinggi
dalam melibatkan orang tua baik di dalam maupun di luar sekolah, para guru dan
kepala sekolah akan mudah mendapat pengalaman memperoleh kewenangan yang lebih
tinggi. 2) Para guru dan kepala sekolah selalu mendapatkan penghargaan yang
lebih baik untuk profesi mereka dari para orang tua. 3) Keterlibatan orang tua
yang konsisten membuat peningkatan komunikasi dan hubungan antara para orang
tua, guru, dan tenaga kependidikan. 4) Guru dan kepala sekolah memiliki
pemahaman yang lebih baik mengenai budaya keluarga dan keberagamannya, dan
mereka membuat penghargaan yang dalam untuk kemampuan dan waktu para orang tua.
5) Guru dan kepala sekolah dapat melaporkan peningkatan hasil
kinerja mereka.
Manfaat bagi sekolah. Keterlibatan orang tua dalam
memaksimalkan tingkat perkembangan anak tentunya memiliki manfaat bagi lembaga
pendidikan, antara lain sebagai berikut. 1) Sekolah yang aktif melibatkan
para orang tua dan masyarakat mudah mewujudkan reputasi yang baik di
masyarakat. 2) Sekolah juga lebih berpengalaman dalam dukungan
masyarakat, dan 3) Program-program sekolah yang mendorong dan mendukung para orang
tua selalu bertindak lebih baik dan memiliki program dengan kualitas tinggi
daripada yang tidak melibatkan para orang tua.
Keterlibatan orang tua sangat sesuai dan memiliki dampak
positif yang sangat luas. Meskipun banyak pendidik dan sekolah setuju dan
mendukung konsep keterlibatan orang tua serta dampaknya pada anak-anak dari
prasekolah sampai sekolah menengah atas, banyak juga yang tidak menyampaikan
pengetahuan atau pedoman dalam perencanaan, penerapan, dan hasil yang dicapai. Jaringan
Kemitraan Sekolah tingkat nasional yang dibentuk oleh Joyce Epstein dan para
rekannya di Universitas John Hopkins ditantang mengembangkan enam jenis
keterlibatan orang tua berdasarkan model teori overlapping spheres of
influence. Tiap jenis keterlibatan terdiri dari banyak aktivitas yang
berbeda untuk mempromosikan dan menjalin kemitraan. Tiap jenis memberikan hasil
yang berbeda untuk anak-anak, para orang tua, para guru, dan sekolah,
bergantung seberapa baiknya desain, perencanaan, dan penerapan tiap jenis
keterlibatan orang tua tersebut. Tapi yang pasti tiap sekolah harus
memperhatikan kebutuhan sekitar. Enam tipe keterlibatan orang tua tersebut,
antara lain sebagai berikut.
1) Tipe tanggung jawab dasar dari
keluarga
Dasar paling utama dalam keterlibatan orang tua adalah
keberlanjutan tanggung jawab untuk meningkatkan anak mereka dengan mendukung
anak-anak dengan makanan, pakaian, perlindungan, kesehatan, dan keselamatan.
Bentuk kegiatan yang mendukung tipe ini seperti: memberikan informasi-informasi
terbaru kepada seluruh orang tua dengan berbagai cara, membuat kelompok atau
pertemuan khusus orang tua, membuat sebuah program yang didukung orang tua,
mengembangkan kunjungan ke rumah, dan mengembangkan informasi dalam pelayanan
masyarakat.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk merencanakan dan
menerapkan kegiatan kelompok mengasuh antara lain sebagai berikut: memilih
topik yang sesuai dan bermakna, menyampaikan informasi ke semua keluarga,
memberikan pemberitahuan yang cukup kepada orang tua, lokasi harus bervariasi,
waktu terjadwal, dan informasi harus padat, jelas dan mudah dimengerti.
2) Komunikasi.
Komunikasi yang efektif penting untuk membangun sebuah
kemitraan yang sukses antara sekolah dan rumah. Komunikasi tersebut hendaknya
dibangun dua arah untuk berbagi informasi. Tujuan utama sekolah dalam
berkomunikasi adalah memberi dan menerima sehingga dapat mewujudkan tujuan umum
serta tindak lanjutnya.
Beberapa contoh kegiatan membangun kominikasi dua arah yang
efektif yaitu sebagai berikut: 1) membuat pemberitahuan dan bulletin yang interaktif, 2) mengirimkan laporan pekerjaan
anak setiap minggu atau setiap bulan, 3) membuat diskusi online dengan
guru dan tenaga kependidikan, 4) menempatkan kotak
saran, 5) mempertemukan guru dan orang tua dalam konferensi dengan tindak
lanjut yang dibutuhkan, 6) buku catalog sekolah yang diberkian kepada orang tua
harus memuat informasi yang jelas mengenai kebijakan sekolah, dan
7) menetapkan pengedaran pemberitahuan yang terjadwal.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membangun komunikasi
dua arah yaitu sebagai berikut: 1) informasi harus jelas, berguna dan mudah
dibaca, 2) mengadakan pertemuan
khusus dengan para orang tua yang memiliki keterbatasan berbahasa, 3)
mengembangkan beragam cara agar orang tua bisa berkomunikasi dengan sekolah, 4)
membuat “pohon telepon”
3) Sukarelawan.
Aktifitas tipe ini adalah bantuan orang tua untuk guru dan
tenaga kependidikan dalam mendukung program sekolah serta membantu aktivitas
dan kerja sekolah termasuk tujuan perjalanan, bagian-bagian kelas, dan
penampilan kelas.
Contoh
kegiatan sukarelawan antara lain: sukarelawan di dalam kelas, sukarelawan di
luar kelas, dan penonton sukarelawan.
Hal-hal
yang harus diperhatikan untuk menerapkan program sukarelawan adalah: perekrutan, pelatihan dan pengawasan, dan pengenalan.
4) Pembelajaran di Rumah
Dalam wilayah pendidikan anak usia dini, dasar utama adalah
orang tua dan guru yang paling berpengaruh. Orang tua berpengaruh besar untuk
apa yang dilakukan anak-anak di rumah. Termasuk juga pendampingan orang tua
untuk mencapai tujuan belajar anak. Akan lebih banyak waktu yang tersedia di
rumah daripada di sekolah untuk belajar dan membangun tingkah laku positif
dalam pendidikan. Beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar
di rumah yaitu: 1) mendengar dan memperhatikan anak ketika membaca,
2) pusat kegiatan belajar, 3) menyediakan perlengkapan di rumah, 4)
belajar di rumah dengan segala ketersediaan, 5) membuat perpustakaan keluarga,
6) pekerjaan rumah yang interaktif. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk
mewujudkan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: meningkatkan informasi dan memberi pelatihan,
menyertakan kegiatan dalam jadwal kaluarga, membuat pekerjaan rumah yang interaktif,
dan kemudahan mengakses bahan dan melakukan aktifitas.
5) Pembuat keputusan
Keterlibatan orang tua dalam membuat keputusan memiliki
beragam bentuk, seperti memilih sekolah, mengkaji dan mengevaluasi program
sekolah, mengukur kemampuan biaya, mendengarkan pendapat, peran pembinaan dalam
komite sekolah, dan perlindungan hukum untuk sekolah, keluarga, dan anak-anak.
Contoh-contoh kegiatan yang dapat digunakan dalam membuat keputusan antara
lain: organisasi orang tua dan komite, kelompok perlindungan hokum, pertemuan
di balai kota, sesi pelatihan untuk orang tua dan pendidik, dan paguyuban
kelas untuk orang tua dan guru. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
perencanaan kegiatan di atas yaitu: jumlah dan keberagaman orang tua yang
mewakili komite, memberikan informasi yang membutuhkan keputusan orang tua,
tindak lanjut di setiap pelatihan orang tua, mewujudkan pertemuan rutin,
membangun dan mengurus kemitraan diantara pendidik dan orang tua, dan kerja
sama dengan Masyarakat.
Sekolah dan guru seharusnya memperhatikan masyarakat dalam
konteks memasukkan anggota masyarakat yang tertarik untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Wujud dukungan dari anggota masyarakat tersebut dapat berupa
materi, tenaga, dan sumber daya alam. Oleh karena itu sekolah hendaknya
berhubungan dengan beragam anggota masyarakat seperti dari kalangan bisnis,
agama, budaya, pemerintahan, dan organisasi lainnya. Contoh-contoh kegiatan
kerja sama dengan masyarakat: 1) meningkatkan komunikasi mengenai sumber daya
dan pelayanan dengan berbagai cara, 2) menjalin kerja sama dan berkolaborasi
dengan komunitas masyarakat bisnis, agensi, organisasi dan lain- lain.
Para orang tua mengharapkan peningkatan taraf hidup, latar
belakang pendidikan, silsilah keluarga, maupun pengalaman dengan sekolah pada
masa lalu, serta ingin secara aktif terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka.
Para orang tua lebih senang jika sekolah menunjukkan pada mereka bagaimana
terlibat di dalam sekolah. Berikut adalah dasar-dasar menjalin keterlibatan
orang tua, yaitu sebagai berikut.
1) Iklim Sekolah yang Positif.
Bagi sekolah, untuk menarik para orang tua dengan sukses,
langkah utama yang harus dilakukan adalah menciptakan sebuah suasana sosial
budaya yang positif di sekolah dan di ruang kelas. Iklim sekolah berpengaruh
langsung bagi keberhasilan keterlibatan orang tua di sekolah dan pendidikan
anak-anak, Comer &-Haynes,-1991;-Dauber-&-Epstein,-1993-(dalam desimulyani85. blogspot. com. 2012/11). Di bawah ini adalah beberapa tindakan yang
memfasilitasi iklim sekolah yang positif: 1) keramahtamahan, 2) keterbukaan dan
antusiasme, 3) empati dan kesabaran, 4) saling menghormati satu sama lain.
2) Komunikasi yang Tetap.
Komunikasi adalah komponen paling penting untuk menciptakan
dan menangani sebuah bangunan kemitraan dengan keluarga. Sebuah komunikasi yang
tetap, berkelanjutan dan dua arah dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke
rumah sangat dibutuhkan. Tindakan yang mendukung komunikasi seperti: 1) guru
membuat jadwal yang fleksibel untuk pertemuan wali murid, 2) tenaga
kependidikan memberi kompensasi bagi guru yang bekerja di luar jam kerja, 3) memaksimalkan penggunaan teknologi
untuk memberikan informasi kepada para orang tua.
3) Keberagaman
Perbedaan dalam struktur keluarga, status ekonomi, latar
belakang sosial dan budaya, serta latar belakang pendidikan menjadi perhatian
utama dalam membuat perencanaan dan penerapan keterlibatan orang tua. Berikut
ini hal-hal yang bisa dilakukan sekolah: 1) sekolah hadir mewakili berbagai
bentuk keluarga dengan beragam latar belakang, 2) dengar dan perhatikan
petunjuk serta tanda-tanda dari tiap keluarga, 3) sertakan rasa saling memiliki
dalam diri anak dan keluarga, 4)
libatkan orang tua dalam penilaian dan pengajuan anak, 5) komunikasi secara
tertulis dan verbal harus dapat dimengerti, dan 6) menghormati keberbedaan
dalam setiap keluarga.
4) Pelatihan untuk Pendidik dan Orang
Tua
Adapun pelatihan untuk pendidik dan orang tua, adalah
sebagai berikut: 1) untuk
pendidik, meningkatkan frekuensi dan ketetapan perkembangan professional untuk meningkatkan iklim
sekolah, b) untuk para orang tua, pemanduan terus menerus, sesi pelatihan, dan
pemberian informasi mengenai bagaimana secara aktif terlibat dalam pendidikan
anak-anak mereka, bekerja sebagai satu tim dan kepemimpinan orang tua, serta
berkontribusi untuk mewujudkan tujuan sekolah adalah tujuan yang diharapkan
pelatihan pendidik dan orang tua.
5) Meningkatkan Program Keterlibatan
Orang Tua secara Menyeluruh
Ketika sekolah mengembangkan program keterlibatan orang tua
secara menyeluruh melalui segala bentuk perbedaan keterlibatan, hal tersebut
akan menguatkan keberagaman bentuk pelayanan orang tua di sekolah. Semua orang
tua memiliki anak dengan ketrampilan dan kemampuan, ketertarikan dan kebutuhan,
jadwal dan kewajiban, usia dan kelas yang berbeda. Oleh karena itu para orang
tua dan keluarga akan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap permintaan
untuk terlibat dalam pendidikan anak-anak. Beberapa orang tua bisa
berpartisipasi di sekolah selama jam sekolah, tapi pada saat ini banyak
aktivitas yang mengharuskan para orang tua untuk memilih kegiatan di rumah.
Keterlibatan orang tua yang menyeluruh dan fleksibel akan mendukung kebutuhan
dan ketertarikan para orang tua dan akan memungkinkan para orang tua membangun
kekuatan. Tentu saja itu semua dipengaruhi oleh muatan dan tipe keterlibatan
orang tua.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang
dimaksudkan dengan keterlibatan orang tua adalah bentuk peran serta orang tua
untuk ikut bertanggung jawab membantu proses tumbuhkembang anak, baik fisik,
motorik maupun perkembangan kognitif anak dengan tujuan mendorong
kesuksesan akademik dan sosialnya.
2.1.4
Hubungan
Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil Belajar
Orang tua
berperan dalam menentukan masa depan anaknya. Secara fisik, agar anak-anaknya
bertumbuh sehat dan berpostur tubuh yang lebih baik, anak anak harus diberi
makan yang bergizi dan seimbang. Secara mental, agar anak-anak dapat tumbuh
sehat, cerdas dan cemerlang, selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi
belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai. Secara sosial, agar
anak-anak daapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka
harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasikan diri dan memupuk
kepercayaan diri seluas-luasnya.
Keterlibatan orang tua dalam
pendidikan memiliki pengaruh yang positif
dalam peningkatan hasil belajar
siswa-siswi (Dwiningrum, 2011:68). Orang tua yang terlibat dalam pendidikan
anaknya baik di sekolah maupun di rumah, dapat memengaruhi hasil belajar anak
tersebut. Keterlibatan orang tua secara sadar baik dalam bentuk fisik maupun
non fisik akan berdampak positif terhadap aktivitas belajar seorang anak. Dalam
memenuhi kebutuhan belajar anak, orang tua tentunya memperhatikan fasilitas
belajar, ruang belajar, tempat belajar, dan buku-buku penunjang yang dibutuhkan
oleh anak.
Menciptakan
lingkungan yang kondusif dan menyenangkan bagi anak perlu diperhatikan. Anak
akan merasa nyaman saat belajar apabila lingkungan belajarnya menyenangkan.
Sebagai orang tua, tentunya harus menyadari proses belajar anak di rumah.
Ketika anak sedang belajar, usahakan tidak menonton TV dan sebaiknya
mendampingi anak saat sedang belajar. Bentuk pendampingan ini merupakan bentuk
perhatian orang tua wujud dari partisipasi non fisik. Di dalam lingkungan
keluarga, Orang Tualah yang berperan menjadi pendidik yang pertama dan utama
bagi anaknya untuk mengembangkan potensinya. Orang tua menjadi pendidik yang
pertama, karena orang tua yang pertama kali mendidik anaknya sejak ia
dilahirkan. Dikatakan sebagai pendidik utama, karena pendidikan yang diberikan Orang
Tuanya bersifat mendasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pendidikan merupakan proses yang berlangsung selama manusia hidup dan
berkembang. Di dalam pendidikan, akan berlangsung proses belajar yang akan
mempengaruhi sifat dan wawasan manusia. Semakin banyak seseorang belajar, maka
semakin banyak pula wawasan, pengetahuan, serta pengalamannya. Untuk itu,
partisipasi orang tua dalam belajar sangat diperlukan agar anak dapat belajar
dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal. Tingkat partisipasi orang tua
dalam belajar anaknya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh
anaknya.
Keterlibatan orang tua dalam hasil
belajar anak dapat dilakukan dengan beberapa cara bergantung pada kondisi dan
keadaan orang tuanya. Ada beberapa cara orang tua agar tetap terlibat pada
belajar anak, antara lain dapat dilihat dari pemberian dukungan terhadap anak,
pemberian tambahan bimbingan belajar, pemberian terhadap tugas sekolah dan
jadwal harian, serta ditunjukkan dengan partisipasi orang tua dalam kegiatan
sekolah. Apabila cara tersebut dapat dilakukan oleh orang tua bisa dipastikan
orang tua terlibat dalam proses belajar anak. Dengan adanya orang tua yang
selalu terlibat dalam proses belajar anak maka akan terjadi peningkatan hasil
belajar anak.
2.2
Kajian
Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian
tentang hubungan keterlibatan orang tua dengan hasil belajar sebelumnya sudah
beberapa kali dilakukan oleh para peneliti. Hasil penelitian tersebut antara
lain sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan
oleh Sari Defia Rizki pada tahun 2017 dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar Kelas II dan III. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi
belajar anak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional melalui
pendekatan crossectional. Sampel
dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar kelas II
dan III di SDN Ibu Dewi V sebanyak 98 ibu dengan teknik pengambilan aksidental
sampling.Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar orang tua melakukan
pola asuh demokratis 35%, gabungan 28%, permisif 19% dan otoriter 18%,
sedangkan untuk prestasi belajar anak baik sekali 37%, baik 48%, dan cukup 15%.
Analisa hipotesis menggunakan Chi Square
p-value 0,011.Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara pola asuh
orang tua dengan prestasi belajar anak. Maka disarankan kepada Puskesmas
Cianjur Kota untuk meningkatkan pembinaan bagi pihak sekolah tentang pola asuh
yang baik dan kepada SDN Ibu dewi V diharapkan dapat melakukan konseling dengan
orang tua agar menentukan pola asuh yang baik.
Kemudian Penelitian
yang dilakukan oleh Afriansyah, Donal pada tahun 2014 dengan judul “Hubungan
antara Dukungan Orang Tua dengan Hasil Belajar Siswa-siswi pada Pembelajaran
IPS di Kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi
pada pembelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu. Jenis penelitian
ini adalah penelitian korelasional dengan metode kuantitatif. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 47 siswa-siswi kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu
tahun ajaran 2013/2014. Instrumen dalam penelitian adalah angket dan
dokumentasi. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan rumus “Korelasi
Product Moment”. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai r hitung sebesar
0,796 dan r tabel sebesar 0,288. Diketahui nilai r hitung lebih besar dari
nilai r tabel, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
dukungan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi pada pembelajaran IPS di
kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu.
Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Romadhon, Yahya tahun
2015 tentang hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar
siswa-siswi bidang studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kualitas perhatian orang tua
terhadap belajar anak dalam bidang studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III
Kabupaten Malang, 2) kualitas prestasi belajar siswa-siswi pada bidang
studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri
III Kabupaten Malang, dan 3) hubungan antara perhatian orang tua dengan
prestasi belajar siswa-siswi pada bidang studi
PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik korelasi serial. Setelah dilakukan analisis terhadap
data-data yang terkumpul, diketahui bahwa sebagai berikut: 1) secara umum orang
tua cukup perhatian terhadap belajar anak dalam bidang studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III
Kabupaten Malang, yang dibuktikan dari nilai rata-rata perhatian orang tua
sebesar 71,125 yang berada pada interval 61 – 72 dengan kategori cukup
perhatian, 2) secara umum prestasi belajar siswa-siswi pada bidang studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III
Kabupaten Malang sudah baik, yang dibuktikan dari nilai rata-rata prestasi
belajar siswa-siswi sebesar 7,16 pada interval di atas 7,10 dengan kategori
baik, 3) terdapat hubungan atau korelasiyang signifikan antara perhatian orang
tua dengan prestasi belajar siswa-siswi pada bidang studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III
Kabupaten Malang. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan statistic dengan
rumus korelasi serial yang diperoleh nilai koefisien rser sebesar 0,484 yang
setelah dikonsultasikan dengan table r
Product Moment
menunjukkan bahwa rser lebih besar dari r tabel ( rser > r table) baik pada
taraf signifikansi 5% maupun 1%. Hal ini juga membuktikan kebenaran dari
hipotesis yang berbunyi ”besarnya perhatian orang tua terhadap belajar anak
dalam bidang studi PAI berhubungan
dengan tingginya prestasi belajar siswa-siswi pada bidang studi PAI di Madrasah
Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang”.
Dari
beberapa penelitian di atas diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara
keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi. Oleh karena itu penelitian yang sama akan dilakukan dengan subyek,
objek, tempat, dan waktu yang berbeda.
2.3
Kerangka
Berpikir
Keberhasilan
siswa-siswi dalam belajar ditentukan oleh beberapa komponen pendukungnya. Diantara sekian banyak komponen yang mendukung
keberhasilan siswa-siswi dalam
belajar yaitu lingkungan. Lingkungan yang besar pengaruhnya dengan
hasil belajar adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan
salah satu faktor yang penting dan
berhubungan dengan hasil belajar peserta didik (Munib, 2012:72). Di dalam lingkungan keluarga, Orang Tualah yang
berperan menjadi pendidik yang
pertama dan utama bagi anaknya untuk mengembangkan potensinya. Keterlibatan orang tua memegang peranan yang sangat
penting dalam perkembangan anak, khususnya
dalam kegiatan belajar anak. Efek dari keterlibatan orang tua dalam pendidikan belajar anak secara umum anak menjadi
berprestasi dalam pembelajaran di
sekolah, karena orang tua mendukung dan terlibat dalam pendidikan anak. Kegiatan belajar anak di sekolah cukup terbatas,
sedangkan anak waktu terbanyaknya
berada di rumah, maka dari itu hal tersebut merupakan tanggung jawab orang tua di rumah. Keterlibatan orang tua di rumah
berupa keterlibatan fisik dan
keterlibatan non fisik. Bentuk keterlibatan fisik yang diberikan orang tua berupa penyediaan fasilitas
tempat belajar dan pemberian alat bantu belajar
di rumah, mengawasi waktu belajar anak, mengawasi kegiatan sekolah anak,
mengenal kesulitan belajar anak, dan membantu kesulitan anak dalam belajar. Sedangkan
bentuk keterlibatan non fisik orang tua dapat berupa bimbingan dan dukungan agar anak dapat mencapai hasil belajar yang
baik di sekolah. Orang tua berperan untuk membentuk perilaku anak dalam proses
perkembangannya. Jadi perhatian dan keterlibatan orang tua sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar anak.
Pada umumnya
hanya orang tua yang memiliki partisipasi yang tinggi akan lebih dapat
memotivasi anaknya untuk belajar, baik belajar dengan orang tuanya atau melalui
bimbingan belajar. Orang tua yang memiliki keterlibatan yang tinggi akan
membangkitkan semangat serta motivasi diri yang lebih tinggi terhadap belajar
anaknya.
Pengalaman
belajar serta motivasi yang didapat dari partsipasi orang tuanya yang akan
menjadi dasar semangat dan motivasi dalam belajar anaknya, yang dapat berimbas
pada peningkatan hasil belajar siswa-siswi.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan
seperti pada gambar 2.1 di bawah ini.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterlibatan
Orang Tua
1.
Penyediaan fasilitas tempat
belajar
2.
Pemberian alat bantu belajar
3.
Pemberian bimbingan dan arahan
kepada anak
4.
Pemberian motivasi
belajar
|
|
Gambar
2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Keterlibatan orang tua
(x)
|
|
Berdasarkan gambar tersebut di atas, dapat dilihat antara keterlibatan
orang tua dengan hasil
belajar diduga memiliki hubungan yang sangat kuat. Hubungan antara keterlibatan orang tua dengan hasil
belajar dapa dilihat pada gambar berikut ini.
2.4
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan
kajian teoretis dan penyusunan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas,
maka hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada
tahun ajaran 2017/2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan
penelitian ini merupakan penelitian Ex
Post Facto karena variabel bebas dalam penelitian ini tidak dikendalikan
atau diperlakukan khusus melainkan hanya mengungkapkan fakta berdasarkan
pengukuran gejala yang telah ada pada diri responden sebelum penelitian ini
dilaksanakan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2010: 8) yang mengemukakan bahwa penelitian Ex
Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa
yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Penelitian
ini menggunakan logika dasar yaitu jika x maka y. Dalam penelitian tidak ada
manipulasi langsung terhadap variabel independen.
Sukardi (2012:
165) mengatakan Penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana
variabel-variabel bebas telah terjadi ketika penelitian mulai dengan pengamatan
variabel terikat dalam suatu penelitian. Keterkaitan antara variable bebas dan
variabel bebas maupun variabel bebas dan variabel terikat sudah terjadi secara
alami, namun akan diatur untuk melacak kembali apa yang menjadi faktor
penyebabnya.
Menurut Arikunto (2006: 270)
penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila
ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Desain
penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel (x)
keterlibatan orang tua dan (y) hasil belajar).
Hubungan antar variabel
tersebut dapat digambarkan dengan desain sebagai berikut:
Keterlibatan orang tua
(x)
|
|
rxy
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
X : Keterlibatan (variabel bebas)
Y : Hasil Belajar
(variabel
terikat)
rxy :
Hubungan Antara x dan y
: Garis korelasi
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar se-Gugus
IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada pada tanggal 16 April sampai dengan 16 Mei
2018.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1
Populasi Penelitian
Menurut
Sugiyono
(2011: 80) populasi adalah
wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan Supranto (2008: 22) menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari
seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain karena
karakteristiknya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai
karakteristik yang berlainan.
Selanjutnya Martono (2010: 74) mengemukakan bahwa
populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada satu wilayah dan memenuhi syarat-syarat
tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau
individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Hal tersebut senada dengan definisi menurut Arikunto
(2010: 173), bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Apabila
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah kumpulan dari keseluruhan obyek atau subyek
pada suatu wilayah yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk menjadi subjek atau obyek yang akan diteliti untuk diambil
kesimpulannya.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SDI
Rutosoro dan SDI Watuwula, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Jumlah populasi
dalam penelitian ini akan dijabarkan pada table 3.1 di bawah ini.
NO
|
SEKOLAH DASAR
|
KELAS
|
JUMLAH
|
1
|
SDI Rutosoro
|
IV
|
23
|
VA
11
|
21
|
VB
11
|
20
|
2
|
SDN Watuwula
|
IV
|
12
|
V
|
10
|
3
|
SDK Olabolo
|
IV
|
15
|
V
|
23
|
4
|
SDI Wolorowa
|
IV
|
21
|
V
|
21
|
|
Jumlah
|
9
22
|
166
|
Sumber: Data
siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kabupaten Ngada TA. 2017/2018
3.2.2
Sampel Penelitian
Menurut Martono (2011 :
74), sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan
tertentu yang akan diteliti. Atau, sampel dapat didefinisikan sebagai anggota
populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan
dapat mewakili populasi. Sementara menurut Arikunto
(dalam Riduwan, 2012: 95) sampel
adalah sebagian
dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
mewakili seluruh populasi.
Berdasarkan populasi
tersebut di atas, sampel adalah sebagian dari siswa-siswi SD kelas IV dan V
Gugus IX Kecamatan Golewa yang diambil melalui teknik simple random sampling.
Teknik ini memungkinkan setiap unit yang menjadi anggota populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel penelitian. Teknik ini pada
dasarnya merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara undian. Dari jumlah populasi 166 ini diambil
sampel sebanyak 118 , hal ini berdasarkan table Krecjie
and Morgan serta formula
Wenwich. Berdasarkan ketentuan ini maka sampel yang ditetapkan dalam penelitian
ini sebesar 118 orang, yang anggota sampelnya di ambil melalui teknik
undian.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel
3.3.1
Variabel Penelitian
Menurut Suwarno (dalam Riduwan dan Akdon, 2013: 6), variable adalah
karakteristik yang dapat diamati dari sesuatu (objek), dan mampu memberikan
macam-macam nilai atau beberapa kategori. Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel, yaitu sebagai berikut.
1)
Variabel
Bebas (independent Variabel)
Variabel Bebas (independent
Variabel) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Atau dengan kata lain, variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain atau
menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam
urutan tata waktu yang terjadi lebih dahulu. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah keterlibatan orang tua.
2)
Variabel
Terikat (Dependent Variabel)
Variabel
terikat (dependent variable) adalah variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi
oleh variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.
3.3.2
Defenisi Variabel
3.3.2.1
Defenisi Konseptual
Menurut Singarimbun dan
Efendi (2008: 43), definisi konseptual adalah pemaknaan dari konsep yang
digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di
lapangan. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konseptual yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Keterlibatan Orang Tua
Menurut (Kristiyani,2013:-32)
Keterlibatan Orang Tua di sekolah dapat didefinisikan sebagai partisipasi Orang
Tua dalam pendidikan anaknya dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan
sosialnya. Keterlibatan orang tua merupakan bentuk peran serta orang tua untuk
ikut bertanggung jawab membantu proses tumbuhkembang anak, baik fisik, motorik
maupun perkembangan kognitif anak dengan tujuan mendorong
kesuksesan akademik dan sosialnya.
2) Hasil
belajar
Menurut Slameto
(2008: 8) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari
suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan
menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa-siswi”. Lebih lanjut Slameto (2008:
8) mengemukakan bahwa “hasil belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang
diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa-siswi dengan tujuan
mengukur kemajuan belajar siswa-siswi”.
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
hasil belajar adalah perubahan prilaku secara positif serta kemampuan yang
dimiliki siswa-siswi dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang
berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi
verbal, dan hasil belajar motorik. Hasil belajar diperoleh melalui tes hasil
belajar.
3.3.2.2
Defenisi
Operasional
1) Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan orang tua merupakan suatu kegiatan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dengan cara memenuhi kebutuhan anak dan membantu
mengembangkan kepribadian anak. Keterlibatan orang
tua dapat dibagi kedalam beberapa
indikator, yaitu sebagai berikut: menyediakan fasilitas Belajar, mengawasi waktu
belajar anak, mengawasi
kegiatan sekolah anak, mengenal
kesulitan belajar anak, membantu kesulitan belajar anak, pemberian
bimbingan dan nasihat,
pemberian
penghargaan
dan hukuman, menciptakan suasana belajar
yang tenang
dan tentram. Alat ukur
yang digunakan dalam mengukur keterlibatan orang tua yaitu melalui angket
diberikan kepada beberapa orang tua.
2) Hasil
belajar
Hasil belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu pendirian
baik pendapat maupun keyakinan dalam perbuatan secara keseluruhan sebagai pengalaman
dari interaksi dengan lingkungannya. Indikator hasil
belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa-siswi
mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan
siswa-siswi memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta
perubahan-perubahan pada dirinya. Dalam penelitian ini hasil belajar
siswa-siswi diperoleh dari jumlah rata-rata nilai akhir pada semester ganjil
yang diambil dari nilai raport siswa-siswi.
3.4
Metode
Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.4.1
Metode
Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, berdasarkan pendapat Sugiyono (2011: 8) metode
kuantitatif yaitu metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme,digunakan untuk
meneliti pada populasi
atau
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umummya dilakukan secara
random, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian korelasi, menurut
Arikunto (2006: 270)
penelitian
kolerasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila
ada,
berapa eratnya hubungan serta
berarti atau tidaknya hubungan itu. Jenis penelitian
ini
digunakan
untuk
mengetahui
hubungan antara
variabel (X) keterlibatan
orang tua dan
variabel
(Y) hasil belajar.
Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah data yang semuanya berbentuk data kuantitatif serta
berbentuk data interval yang dikumpulkan
melalui alat ukur berupa kuesioner dengan mengikuti pola skala Likert. Sumber datanya adalah siswa-siswi
se-gugus IX Kecamatan Golewa,
sedangkan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dalam penelitian ini
diperoleh dari data hasil belajar dalam rapor semester ganjil TA 2017/2018 dan
melalui data pendukung yaitu melalui wawancara dengan orang tua, kepala sekolah
dan guru kelas.
3.4.2
Instumen
Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan
dalam pengumpulan data. Macam-macam instrumen yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian yaitu; tes, angket/kuesioner, wawancara atau interview, observasi, dokumentasi dan
skala sikap.
Penelitian ini terdiri
dari dua variabel yaitu keterlibatan orang tua dan hasil belajar. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1)
Data tentang keterlibatan orang tua
dikumpulkan dengan menggunakan angket yang diberikan kepada siswa-siswi
se-gugus IX Kecamatan Golewa yang menjadi sampel dalam penelitian. Data tentang
keterlibatan orang tua berisikan butir pertanyaan yang berkaitan dengan
keterlibatan orang tua.
2)
Data tentang hasil belajar siswa-siswi
diperoleh dari nilai tes akhir semester yang diambil dari nilai rapor
siswa-siswi pada semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
3.4.3
Kisi-kisi Instrumen
Dari setiap variabel tersebut akan dibuat suatu
tabel yang berupa tabel kisi-kisi, yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam
rangka menyusun kuesioner agar alat itu tersusun serta memenuhi validitas isi.
Berikut ini akan disajikan tabel kisi-kisi dari masing-masing variabel. Instrumen
disusun berdasarkan kisi-kisi secara umum seperti disajikan pada tabel 3.2 berikut.
Kisi-kisi instrumen meliputi intrumen tentang fasilitas
belajar anak, pemberian bimbingan dan nasihat, mengawasi waktu
belajar anak, mengawasi
kegiatan sekolah anak, mengenal
kesulitan belajar anak, belajar
yang tenang
dan tentram, dan hasil
Belajar Siswa-siswi.
Variabel
Penelitian
|
Sumber
data/Responden
|
Metode
|
Keterlibatan
Orang Tua
|
Siswa-siswi
|
Angket
|
Hasil belajar
|
Dokumen (rapor)
|
1.
Nilai Rapor
2.
Dokumentasi
|
Berdasarkan kisi-kisi tersebut, disusun instrumen keterlibatan orang tua. Jumlah butir
pernyataan tersebut telah mencakup semua aspek untuk menggali data yang dibutuhkan sesuai
indikator yang telah diungkap dalam kajian teori. Angket tersebut disusun untuk
diisi oleh siswa-siswi
yang berisi variabel keterlibatan
orang tua. Uji coba instrumen dilakukan terhadap siswa-siswi yang bukan obyek penelitian. Analisis data uji
coba dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.
Data keterlibatan
orang tua diperoleh
dengan memberikan angket atau daftar isian kepada siswa-siswi tentang keterlibatan orang tua dalam mendukung pendidikan
siswa-siswi se-gugus IX Kecamatan Golewa, yang dialami langsung oleh siswa-siswi sebagaimana yang
dicantumkan pada angket. Angket yang
diberikan kepada siswa-siswi dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012: 132). Siswa-siswi
yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang termasuk dalam
sampel penelitian hasil belajar.
Skor
untuk keterlibatan
orang tua
tergantung pada peran
atau pengalaman yang sudah dilakukan orang tua.
Skor-skor item yang digunakan dalam
penelitian ini adalah adalah 5 = selalu, 4 = sering, 3 =
jarang, 2 = kadang-kadang,
dan 1
= tidak pernah. Jumlah skor total merupakan skor keterlibatan orang tua.
Penskoran
secara lengkap dapat disajikan pada tabel 3. 3 berikut.
VARIABEL
|
INDIKATOR
|
DIMENSI
|
NOMOR BUTIR
SOAL
|
JUMLAH
|
Keterlibatan
Orang Tua
|
Menyediakan
Fasilitas Belajar
|
Menyediakan
alat tulis dan perlengkapan sekolah
|
1, 2, 3
|
3
|
Memberi
penerangan dan
tempat belajar yang
baik
|
memenuhi
keperluan sekolah
anak
|
Mengawasi waktu
belajar anak
|
Memperhatikan
anak ketika belajar siang
dan malam hari.
|
4, 5
|
2
|
Mengawasi anak ketika
sedang belajar
|
Mengawasi
kegiatan sekolah anak
|
Disiplin
pada
waktu pulang sekolah
|
6
|
1
|
Mengenal kesulitan belajar anak
|
Bertanya
pengalaman pada saat
disekolah
|
7, 8
|
2
|
Mengetahui
perkembangan
dan masalah anak pada saat disekolah
|
Membantu
kesulitan belajar anak
|
Suasana
rumah
yang kondusif untuk belajar anak
|
9, 10, 11
|
3
|
Membantu kesulitan anak
pada saat belajar
|
Mengijinkan
anak belajar kelompok
|
Pemberian
bimbingan
dan nasihat
|
Memberikan bimbingan pada saat mengerjakan tugas dirumah
|
12, 13, 14, 15
|
4
|
Memberikan nasihat kepada anak ketika
anak malas belajar
|
Mengawasi
kegiatan anak di rumah
|
Memberikan
motivasi kepada anak
|
Pemberian penghargaan dan
hukuman
|
Memberikan
hadiah kepada
anak ketika anak mendapatkan nilai yang baik
dalam belajar
|
16, 17
|
2
|
Memberikan hukuman kepada
anak
ketika anak mendapat
nilai rendah
|
Menciptakan
suasana
belajar yang
tenang dan tentram
|
Menciptakan
suasana yang tenang agar
anak konsentrasi pada saat
belajar
|
18,19,20
|
3
|
|
|
Memberikan
kesempatan kepada anak untuk belajar
|
|
|
|
|
Menciptakan
suasana ruang belajar yang nyaman untuk anak
|
|
|
JUMLAH
|
20
|
Sumber: Saraswati Suci
(2016: 36)
3.4.4 Validasi dan Reliabilitas
3.4.4.1
Validitas
Untuk menguji validitas
butir soal dicari dengan mengkorelasikan skor butir soal dengan skor total.
Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Pearson
Product Moment, dengan rumus :
n∑XY - ∑X∑Y
(n∑X2 – (∑X)2(n∑Y2
– (∑Y)2
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antar skor butir dengan
skor total
X =
skor butir
Y =
skor total
Dengan kriteria pengujian apabila r
hitung > r table dengan α = 0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid,
dan sebaliknya apabila r hitung < r table maka alat ukur tersebut adalah
tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas
butir pernyataan keterlibatan orang tua yang diberikan kepada siswa berupa
angket maka hasil perhitungan seperti tercantum pada table 3.4 berikut.
Nomor
item Soal
|
t table
|
t hitung
|
Keterangan
|
1
|
1,734
|
5,164
|
Valid
|
2
|
1,734
|
2,156
|
Valid
|
3
|
1,734
|
1,865
|
Valid
|
4
|
1,734
|
1,779
|
Valid
|
5
|
1,734
|
1,766
|
Valid
|
6
|
1,734
|
0,994
|
Drop
|
7
|
1,734
|
1,044
|
Drop
|
8
|
1,734
|
1,184
|
Drop
|
9
|
1,734
|
2,300
|
Valid
|
10
|
1,734
|
1,735
|
Valid
|
11
|
1,734
|
1,825
|
Valid
|
12
|
1,734
|
1,837
|
Valid
|
13
|
1,734
|
1,744
|
Valid
|
14
|
1,734
|
1,880
|
Valid
|
15
|
1,734
|
1,378
|
Valid
|
16
|
1,734
|
0,967
|
Drop
|
17
|
1,734
|
0,421
|
Drop
|
18
|
1,734
|
1,794
|
Valid
|
19
|
1,734
|
0,465
|
Drop
|
20
|
1,734
|
0,512
|
Drop
|
21
|
1,734
|
1,071
|
Drop
|
22
|
1,734
|
1,620
|
Valid
|
23
|
1,734
|
1,778
|
Valid
|
24
|
1,734
|
0,864
|
Drop
|
25
|
1,734
|
3,595
|
Valid
|
Berdasarkan hasil
perhitungan validitas butir kuesioner di atas diketahui bahwa dari 25 butir pernyataan terdapat 16 butir
pernyataan yang valid sedangkan 9 butir dinyatakan drop atau gugur. Jadi
kuesioner keterlibatan
orang tua terhadap hasil belajar siswa yang
digunakan sebanyak 16 butir
pernyataan.
Dalam penelitian ini, uji validitas hasil belajar siswa tidak dilakukan
karena nilai hasil belajar siswa diperoleh dari nilai rata-rata pada rapor
siswa.
3.4.4.2 Reliabilitas Instrumen
Menurut Arikunto (2010: 221) realibilitas adalah suatu
instrument yang cukup bisa dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrument tersebut sudah baik. Sugiyono
(2009: 190) menyatakan bahwa pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah
dua (split half) `yang dianalisis
dengan rumus Spearman-Brown. Dari jumlah butir soal yang sudah valid, kemudian
dibagi dalam dua belahan yakni genap-ganjil. Rumus korelasi Spearman-Brown
(Mardapi, 2008: 37) yaitu.
rxx’
=
Keterangan:
= koefisien korelasi antara kedua belahan
rxx’ = estimasi koefisien reliabilitas
keseluruhan tes
Rumus Spearman-Brown hanya berlaku
untuk paket angket yang jumlah seluruh butirnya genap. Jika jumlah butirnya
ganjil maka sebaiknya menggunakan rumus koefisien alpha. Cronbach menyatakan
bahwa koefisien alpha juga menyajikan suatu perkiraan reliabilitas untuk suatu
pengukuran yang tersusun dari item-item dengan skor selain 0 dan 1 (Ebel, 1996:
78). Formula koefisien alpha adalah sebagai berikut:
Keterangan:
k = jumlah soal tes
= varians dari skor tes
= varians dari suatu soal tes
Untuk
menghitung reliabilitas instrumen digunakan program exel . Kriteria reliabilitas derajad reliabilitas instrumen
berpedoman pada klasifikasi yang
dikemukakan oleh Guilford (dalam Koyan, 2011 : 136) sebagai
berikut.
Kriteria
≤
0,20 : Sangat rendah
0,20 ≤ 0,40 :
Rendah
0,40 ≤
0,60 : Sedang
0,
60 ≤
0,80 : Tinggi
0,80 ≤
1,00 : sangat Tinggi
Berdasarkan hasil uji coba pada
siswa kelas IV dan V SDI Malanuza dan setelah diuji validitas butir angket maka
diketahui bahwa reliabilitas yang diperoleh dengan menggunakan Alpha Cronbach
adalah tergolong sangat tinggi
(=
0,92)
sehingga angket layak untuk diberikan kepada siswa-siswi SD se-gugus IX
Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
Ringkasan hasil uji reliabilitas instrumen keterlibatan orang tua,
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji
Reliabilitas Instrumen
No
|
Variabel
|
Koefisien
Reliabilitas
|
Kriteria
Reliabilitas
|
1
|
Keterlibatan Orang Tua
|
0,92
|
Sangat Tinggi
|
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas untuk hasil belajar siswa tidak
dilakukan karena nilai hasil belajar siswa diperoleh dari nilai rata-rata pada
rapor siswa.
3.5 Metode Analisis
Data
Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis,
yaitu analisis statistik dan analisis non
statistik. Pada dasarnya statistik mempunyai dua pengertian yang
luas dan yang sempit. Dalam pengertian yang
luas statistik merupakan cara-cara ilmiah yang
dipersiapkan untuk mengumpulkan, mengajukan, dan menganalisis
data yang
berwujud angka.
Sedangkan dalam pengertian
yang sempit statistik merupakan cara yang
digunakan untuk
menunjukkan semua kenyataan yang
berwujud angka. Data yang
dinilai adalah data
variabel bebas Keterlibatan
Orang Tua (X), serta variabel terikat yaitu Hasil Belajar (Y).
Analisis data dalam
penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) Tahap deskripsi data; (2)
Tahap pengujian prasyarat analisis, dan; (3) Tahap pengujian hipotesis.
3.5.1 Deskripsi
Data
Pada penelitian ini,
data yang diperoleh dari masing-masing variabel yaitu keterlibatan orang tua
dan hasil belajar siswa untuk ketepatan hasil deskripsi data akan
dideskripsikan dengan mencari rerata (M), standar deviasi (SD), modus (Mo) dan
median (Md).
3.5.2
Uji
Prasyaratan Analisis
3.5.2.1
Uji
Normalitas
Uji
normalitas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah data penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas
dapat digunakan rumus Chi-Kuadrat, yaitu sebagai berikut.
χ2 = ∑ (Koyan, 2012:
105)
Keterangan:
χ2 =
Chi kuadrat
= frekuensi yang diperoleh sampel
= frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian data
berdistribusi normal jika x2 hit
< x2 tabel, dengan
taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = (k-1). Sebaliknya jika harga chi
kuadrat melalui hitungan atau observasi lebih besar dari harga chi kuadrat
table maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Untuk penyelidikan asumsi
normalitas, menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan bantuan program SPSS 16.0 for
Windows.
3.5.2.2
Uji
Linieritas
Uji linieritas garis regresi dimaksudkan
untuk mengetahui keberartian koefisien arah regresi dari model linier ataupun
variable bebas atau terikat. Linieritas dilakukan dengan variable-variabel
independen yang terdiri dari keterlibatan orang tua, sedangkan variable dependennya adalah hasil belajar
siswa. uji yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya adalah menggunakan
uji F yang dikutip pada Sugiyono (2010:286)
Keterangan:
Freg = Harga garis korelasi
N = Cacah Kasus
m = Cacah Prediktor
R = Koefisien Korelasi
Setelah
didapat harga F, kemudian dikorelasikan dengan harga F pada table dengan taraf
signifikan 5%. Jika harga F hasil analisis (Fa) lebih kecil dari F table (Ft)
maka hubungan kriterium dengan prediktor adalah hubungan non linier. Untuk uji
linieritas menggunakan program SPSS 16.0
for windows.
3.5.2.3
Uji
Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk
menguji hipotesis yang telah dikemukakan pada penelitian, yaitu terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil
belajar siswa-siswi.
Untuk
menguji hipotesis penelitian adalah dengan menghitung koefisien korelasi antara
X dan Y dengan menggunakan rumus “Korelasi
Product Moment”. Analisis akan
dilakukan dengan bantuan software SPSS
16.0 for Windows.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dalam BAB IV ini, akan
disajikan hasil penelitian yang mencakup deskripsi tentang karakteristik
masing-masing variabel penelitian. Hasil penelitian yang dimaksudkan adalah
menyangkut deskripsi tentang keterlibatan orang tua dan hasil belajar siswa di
SD Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
Berdasarkan pada
masalah pokok di atas, dalam laporan hasil penelitian ini disajikan hal-hal
sebagai berikut.
4.1.1 Deskripsi Data Keterlibatan Orang Tua dan Hasil
Belajar Siswa
Berdasarkan hasil
angket yang diberikan kepada 118 orang responden menunjukan skor tertiggi
adalah 77 dan skor terendah adalah 30,
dan berdasarkan rata-rata hasil belajar siswa yang terdapat dalam nilai raport
menunjukkan skor tertinggi adalah 97, sedangkan skor terendah adalah 65. Untuk mendapatkan gambaran mengenai
karakteristik distribusi skor dari masing-masing variabel, berikut disajikan
skor tertinggi, skor terendah, nilai rata-rata (mean), median, modus, dan kategorisasi masing-masing variabel yang
diteliti. Di bawah ini disajikan statistik deskripstif seperti tampak pada
table 4.1 berikut.
Variabel
Statistik
|
X
|
Y
|
Mean
|
77.12
|
60.53
|
Median
|
78.00
|
61.00
|
Modus
|
80
|
67
|
Std. Deviation
|
6.618
|
10.122
|
Variance
|
43.798
|
102.457
|
Range
|
32
|
47
|
Minimum
|
65
|
30
|
Maximum
|
97
|
77
|
Jumlah
|
9100
|
7142
|
Keterangan:
X = Keterlibatan Orang
Tua
Y = Hasil Belajar
4.1.2
Uji Prasyarat Analisis
4.1.2.1
Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan
untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal jika memenuhi kriteria x2
hitung < x2 tabel, dengan taraf
signifikan 5% atau jika nilai signifikan > 0,05.
Pengujian normalitas
untuk data keterlibatan orang tua dan hasil belajar siswa dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (Liliefors
Signicance Corecction) yang dikenakan terhadap skor keterlibatan orang tua
dan hasil belajar. Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS 16 for windows maka diperoleh hasil seperti tampak pada table
4.4 berikut.
Variabel
|
Kolmogorov-Smirnov
(Liliefors Significance Correction)
|
df
|
Sig
|
Keterangan
|
Keterlibatan Orang Tua
|
0.64
|
118
|
0.200
|
Normal
|
Hasil Belajar
|
0.322
|
118
|
0.060
|
Normal
|
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS
seperti tampak pada Tabel 4.4 di atas, bahwa nilai signifikan untuk variable keterlibatan orang tua
adalah 0,200 sedangkan untuk variable hasil belajar adalah 0,060.
Berdasarkan nilai signifikan dari variable keterlibatan orangtua dan hasil
belajar diperoleh nilai
signifikan > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel berdistribusi
normal.
4.2.2
Uji Linieritas
Uji linieritas garis regresi dimaksudkan
untuk mengetahui keberartian koefisien arah regresi dari model linier antara
variable bebas dengan variable terikat. Pengujian linieritas dilakukan dengan
menggunakan Uji F dengan bantuan program SPSS
16.0 for windows. Hasil analisis disajikan pada table 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Uji Linieritas dengan Uji F pada Taraf Signifikansi α
= 0,05.
Berdasarkan hasil
analisis uji linieritas garis regresi pada tabel 4.3
di atas menunjukkan bahwa untuk semua hubungan variabel, harga F liniarity Fhitung
dengan p < 0,05 dan untuk F Dev liniarity Fhitung dengan p
> 0,05 atau harga F hasil analisis (Fa) lebih besar dari F table
(Ft) maka hubungan kriterium dengan prediktor adalah hubungan linier. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
keterlibatan orang tua dengan hasil belajar mempunyai hubungan yang linear.
4.3
Uji Hipotesis
Hipotesis
yang dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara keterlibatan orang
tua dan hasil belajar. Setelah dilakukan analisis diperoleh ringkasan analisis sebagaimana
tampak pada table 4.5 berikut.
Persamaan
Garis Regresi
|
rxy
|
rtab
|
Keterangan
|
|
0,90
|
0,176
|
Signifikan
|
4.3.1
Hubungan Antara Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil Belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua (X) dengan
hasil belajar (Y).
Berdasarkan table 4.5 di atas, dapat diketahui persamaan regresi Y atas X
adalah Ŷ = 80,690 - 0,059 X. berdasarkan analisis
menggunakan program SPSS besarnya rhitung
= 0,90 dengan R2 = 0,008 = 0,8%, kemudian
dikonsultasikan dengan rtabel product
moment n = 118 pada taraf signifikansi 0,05 = 0,176. Hal ini menunjukkan
bahwa rhitung =
0,90 signifikan pada α = 0,05. Ini berarti hipotesis penelitian (ha) yang
diajukan, yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa melalui persamaan regresi Ŷ = 80,690 - 0,059 X dengan kontribusi sebesar 0,8%.
4.4
Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1
Hubungan antara Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil Belajar pada
Siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten
Ngada
Berdasarkan hasil pengolahan data secara deskriptif dapat diketahui bahwa hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterlibatan orang tua siswa SD se-Gugus IX
Kecamatan Golewa sebagian besar
berada pada kategori tinggi dan hasil
belajar siswa termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tinggi tingkat keterlibatan orang tua maka
semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa terdapat
kontribusi yang positif dan
signifikan dari keterlibatan orang tua dengan hasil
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh
persamaan regresi Ŷ atas X adalah Ŷ = 80,690
- 0,059 X dengan kontribusi sebesar 0,08%. Maka dengan demikian, keterlibatan
orang tua tidak berkontribusi
nyata untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Sudjana (2010: 22)
mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa-siswi
setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas,
2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan
adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang
yang belajar.
Keterlibatan orang tua merupakan suatu bentuk peran aktif dari orang tua
yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan perkembangan anak terutama untuk
perkembangan kognitifnya. Menurut Ristiani (2015: 12) bahwa
kata “terlibat‟ (keterlibatan) dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau ikut
terlibat, ikut berpartisipasi atau ikut
berperan dalam situasi tertentu.
Kaitannya dengan penelitian ini
yaitu keterlibatan Orangtua dalam belajar anaknya, keterlibatan yang dimaksud
mengandung arti keikutsertaan dan partisipasi serta berperannya Orangtua dalam
kegiatan belajar anaknya, baik yang menyangkut pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana belajar, aktivitas belajar anak di rumah dan di sekolah, maupun
dorongan dan motivasi Orangtua terhadap kegiatan belajar anaknya. Sejalan
dengan Ristiani, Kristiyani
(2013:-32) mendefinisikan keterlibatan
orangtua di sekolah sebagai bentuk partisipasi orangtua dalam pendidikan
anaknya dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya
Hal ini dipertegas oleh Henderson (dalam Tolada
2012: 18) yang menyatakan bahwa keterlibatan orang tua merupakan hal yang
sangat penting untuk mendukung belajar anak, baik di sekolah formal maupun di
kursus belajar..
Pada hakekatnya orang tua
merupakan guru pertama bagi anak. Perkembangan diri siswa di Sekolah tentunya
berawal dari kehidupan keluarga. Keterlibatan orang tua yang sangat tinggi
dalam belajar anak tentu akan menjadi kontribusi yang sangat besar bagi
perkembangan belajar sehingga hasil belajar siswa juga akan semakin tinggi.
Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yahya (2015)
tentang hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa. Hal
ini dibuktikan dari hasil perhitungan statistik dengan rumus korelasi point biserial yang diperoleh nilai
koefisien korelasi (R2) sebesar 0,484 (lebih besar
dari korelasi tabel, rtabel). Hal ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Rizki (2017) yang menyatakan bahwa hubungan pola asuh orang tua
dengan prestasi belajar anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar
orang tua melakukan pola asuh demokratis 35%, gabungan 28%, permisif 19% dan
otoriter 18%, sedangkan untuk prestasi belajar anak baik sekali 37%, baik 48%,
dan cukup 15%. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Donal (2014) menemukan bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan orang tua dengan
hasil belajar siswa-siswi pada pembelajaran IPS di kelas VI SD. Berdasarkan teori pendukung dan hasil kajian empiris menyatakan
bahwa terdapat hubungan keterlibatan orang tua dengan terhadap hasil belajar.
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa. Hal ini berdasarkan hasil
analisis dalam hasil penelitian yang dilaksanaka di SD Se-Gugus IX, Kecamatan
Golewa, Kabupaten Ngada pada tanggal 16 April sampai dengan 16 Mei 2018. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV dan V SD Se-Gugus IX,
Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada yang berjumlah 166 orang dan sampel pada
penelitian ini berjumlah 118 orang yang diambil secara undian dan ditentukan
berdasarkan tabel Krecjie
and Morgan serta formula Wenwich. Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian Ex-post facto. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan angket untuk variable keterlibatan orang tua, sedangkan hasil
belajar diperoleh dari nilai rata-rata pada rapor siswa semester ganjil Tahun
Ajaran 2017/2018. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi sederhana dan
uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa - siswi SD
Se-Gugus IX Kecamatan
Golewa Kabupaten Ngada
melalui persamaan regresi Ŷ = 80,690 - 0,059 X dengan kontribusi sebesar 0,8%. Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa-siswi SD se-gugus IX,
Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Maka dengan demikian, faktor keterlibatan
orang tua dapat dijadikan prediktor untuk peningkatan hasil belajar siswa di SD
se-gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
5.2 Saran
Berdasarkan beberapa
temuan yang diperoleh dari penelitian ini, menunjukkan bahwa keterlibatan orang
tua berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan temuan tersebut, maka disarankan sebagai berikiut.
1) Bagi Siswa
Berdasarkan hasil
temuan dalam penelitian ini bahwa kontribusi keterlibatan orang tua terhadap
hasil belajar siswa sangat besar, maka diharapkan kepada siswa-siswi agar
selalu menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan selalu mendengarkan
nasihat serta bimbingan dari orang tua.
2) Bagi Guru dan Sekolah
Guru hendaknya mampu untuk menarik para orang tua dengan
menciptakan sebuah suasana sosial budaya yang positif di sekolah dan juga di
luar lingkungan sekolah. Karena iklim sekolah berpengaruh langsung bagi
keberhasilan keterlibatan orang tua di sekolah dan pendidikan siswa.
3) Bagi Orangtua
Orangtua hendaknya
lebih memperhatikan perkembangan anaknya di rumah serta membimbing anak dengan
penuh tanggung jawab.