Tampilkan postingan dengan label Skripsi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Skripsi. Tampilkan semua postingan

hubungan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi SD se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Tahun Pelajaran 2017/2018 ||Penelitian


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan setiap manusia sebagai dasar guna membuka jendela pengetahuan agar dapat mengembangkan kemampuan, bakat, dan potensi yang dimiliki di dalam dirinya. Melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Pendidikan tentunya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. Hamalik (2004: 3), menyatakan bahwa sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan adalah sebuah dasar untuk membangun bangsa yang kuat sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang system pendidikan nasional bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan adanya pengetahuan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju, maka berbagai persaingan dalam mencari kesejahteraan hidup akan semakin nampak. Oleh karena itu, saat ini pendidikan menjadi salah satu tuntutan wajib yang diterapkan di berbagai negara. Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin keberlangsungan hidup suatu bangsa dan negara, terlebih khusus untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusianya. Perwujudan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi sasaran yang makin berperan untuk menampilkan keunggulan dirinya yang kreatif, inovatif, mandiri dan profesional pada bidangnya.
Keterlibatan orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam  perkembangan umum anak, khususnya dalam belajar anak. Efek dari keterlibatan orang tua dalam belajar anak  salah satunya anak menjadi sukses dalam pembelajaran di sekolah, karena orang tua mendukung dan terlibat dalam pendidikan anak (Ristiani, 2015: 5). Pelibatan orang tua serta pemberdayaannya dalam mendidik anak untuk menghadapi masa depan, berhubungan dengan suatu strategi yang mengacu pada hubungan antara orang tua dan anak. Nasib pendidikan anak tersebut berada di tangan kedua orang tuanya. Kewajiban setiap orang tua dalam proses pendidikan adalah mengembangkan potensi anaknya yang banyak bergantung dari suasana pendidikan yang bersumber dari keadaan keluarga, pergaulan, dan kehidupan spiritual antara orang tua dan anak.
Kehidupan keluarga yang bertanggung jawab, sudah semestinya mampu menghadapi dan menangani tantangan atau permasalahan dengan berbagai persoalan kehidupan yang dinamis karena peningkatan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan perubahan nilai-nilai sosio-kultural sangat meningkat, sehingga mampu mengelola, dan mengatur masalah-masalah yang belum terpecahkan di dalam kehidupan. Ini sekaligus dapat disertai dengan menjalin kepentingan keluarga tersebut dalam kepentingan lingkungannya. Usaha seperti ini bukan hanya sebagai tugas masyarakat dan pemerintah, melainkan juga menjadi tugas rumah, yaitu tugas orang tua karena setiap persoalan kehidupan harus dihadapi. Anak harus mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan etis, yang dilandasi pengertian bahwa perkembangannya kepribadiannya juga ditentukan dengan adanya manusia lain. Orang tua sebagai pendidik anak bertugas untuk terus-menerus mengamati dan berupaya meneladani prilaku yang baik dalam menjalankan tugasnya. Berbagai upaya tersebut akan mengarahkan anak menyadari tujuan hidupnya, menyadari apa yang diharapkan oleh lingkungannya, dan menemukan jati dirinya sehingga dapat mewujudkan cita-cita bangsanya. Dengan demikian, kualitas SDM anak akan meningkat dan hasil belajar anak di sekolah akan maksimal.
Kenyataan yang terjadi pada masa kini adalah anak lebih cendrung sibuk dengan dunia kesenangannya. Perkembangan IPTEK dapat menyebabkan penurunan moral anak bangsa. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anak karena orang tua lebih fokus pada kesibukannya baik di kantor, berkebun, ataupun sebagai wirausaha. Orang tua tidak memanfaatkan lingkungan keluarga sebagai tempat belajar untuk anak serta menjadi guru di rumah bagi anak. Kurangnya keterlibatan orang tua inilah yang menjadi salah satu faktor rendahnya hasil belajar anak. Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam menempuh pendidikannya di sekolah, sehingga sangat mempengaruhi hasil belajar anak pada jenjang pendidikan yang sedang ditempuhnya. Anak dalam menjalani pendidikan di   lingkungan   keluarga   biasanya   terdapat   hambatan-hambatan yang dialami.
Menurut Ihsan (2008: 19), hambatan tersebut antara lain: 1) anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, 2) figur Orang Tua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak, 3) sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa menunjang belajar, 4) kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan anak. orang tua yang berlebihan kasih sayang pada anaknya akan melayani setiap permintaan anaknya. Contohnya penggunaan handphone tanpa diawasi oleh orang tua sehingga anak-anak cendrung terpengaruh dengan budaya asing yang dapat merusak moral dan kepribadiannya. 5) orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan orang tua yang terlalu tinggi, 6) orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, (7) orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak.
Berkaitan dengan pendapat di atas, perhatian orang tua termasuk ke dalam hambatan yang biasa terjadi dalam menjalani pendidikan di lingkungan keluarga. Kegiatan belajar seorang siswa dibutuhkan adanya peran serta atau keterlibatan dari orang tua agar anak semangat dalam belajarnya. Oleh karena itu, maka setiap lembaga melakukan penelitian dengan tujuan agar lebih jelas untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di sekolah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa-siswi sangat dibutuhkan interaksi belajar mengajar antara siswa-siswi dengan guru serta keterlibatan orang tua terhadap pendidikan anak.
Namun kenyataan yang terjadi di SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada menunjukkan bahwa kurang terdapat  interaksi sosial yang diharapkan antara orang tua dan anaknya. Hal ini dapat kita lihat dari hasil wawancara dengan guru di SDI Rutosoro dan Watuwula bahwa hasil pada rata-rata nilai ujian formatif siswa-siswi yang menunjukkan angka yang  kurang memuaskan atau tidak sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana rata-rata nilai ujian formatif siswa-siswi menunjukan angka yang sangat rendah dengan rata-rata persentasenya adalah 70% yang seharusnya KKM mencapai 75%. Hanya sebagian orang tua yang terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar di rumah seperti menyediakan fasilitas belajar, alat penunjang belajar, dan pemberian bimbingan. Orang tua cenderung menyerahkan anaknya sepenuhnya di sekolah.
Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang tua menujukkan bahwa orang tua kurang memberikan bimbingan dan dukungan kepada anaknya, orang tua kurang memperhatikan anak dalam belajar di rumah, orang tua jarang menanyakan bagaimana hasil belajar yang diperoleh di sekolah, dan orang tua juga kurang memberikan motivasi belajar kepada anaknya sehingga anak tersebut tidak mendapat hasil belajar yang sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini terlihat juga dari hasil wawancara dengan siswa-siswi, beberapa siswa-siswi mengakui bahwa orang tua mereka kurang memperhatikan kegiatan belajar dirumah, diantaranya: tidak menyediakan fasilitas belajar, kurang mengawasi waktu belajar anak, tidak mengenal kesulitan belajar anak, tidak memberikan bimbingan dan nasihat, tidak pernah memberikan penghargaan dan hukuman kepada anak, kurang menciptakan suasana belajar yang tenang dan tentram.
Menyadari akan betapa pentingnya persoalan di atas, maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Hubungan antara Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil Belajar Siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada Tahun Ajaran 2017/2018.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. “Apakah Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil Belajar Siswa-siswi SD se-gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Tahun Pelajaran 2017/2018?”.
1.3    Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi SD se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Tahun Pelajaran 2017/2018.





1.4    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1.4.1   Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan kepada pengguna penelitian ini, terutama terhadap peningkatan hasil belajar pada siswa-siswi SD se-gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
1.4.2   Manfaat Praktis
1)       Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa-siswi SD se-gugus IX, Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Tahun Ajaran 2017/2018.
2)      Bagi Guru
Dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk memperbaiki proses pembelajaran di SD se-gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
3)      Bagi Orang Tua
Sebagai bahan refleksi untuk peningkatan hasil belajar anak di sekolah dimulai dari keterlibatan orang tua secara aktif.
4)      Bagi Peneliti  dan peneliti lain
Menjadi landasan dalam rangka menindaklanjuti penelitian dengan ruang  lingkup yang lebih luas. Sementara bagi peneliti yang lain, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian dalam bidang keterlibatan orang tua dalam pendidikan.


BAB II
LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1    Kajian Teori
2.1.1   Hakekat Belajar
2.1.1.1  Pengertian Belajar
Definisi belajar yang umum diterima saat ini adalah bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Anitah, 2009: 25). Hal ini senada dengan pengertian belajar menurut Sardiman, Meka (2017: 80) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memeproleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan sesamanya. 
Proses perubahan tingkah laku merupakan gambaran terjadinya rangkaian perubahan dalam kemampuan siswa-siswi. Sedangkan Hamalik (2004: 27) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dengan kata lain, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.
Kemudian menurut Gestalt (dalam Anitah,  2009: 226) mengatakan bahwa belajar adalah mengubah pemahaman siswa-siswi. Perubahan ini akan terjadi apabila siswa-siswi menggunakan lingkungan. Belajar adalah suatu proses yang bertujuan eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Belajar selalu diarahkan untuk mengembangkan kemampuan tingkat tinggi dan berpikir tinggi. Menurut teori belajar ini siswa-siswi merupakan individu yang utuh. Hal ini dijelaskan kembali oleh Sadirman (2011: 21) bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga,        psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut teori ini, belajar harus melibatkan segala aspek kehidupan manusia. Sejalan dengan teori diatas, Gagne (dalam Komalasari 2015: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecendrungan manusia seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.
            Jika dikaitkan dengan pendapat di atas, maka perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup (life skill) bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir dan keterampilan sosial, juga yang tidak kalah pentingnya adalah nilai dan sikap.
Kemudian definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi                 (dalam Rahyubi, 2012: 2), secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang tidak dimiliki sebelumnya. Dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, serta dapat melaksanakan dan memiliki sesuatu. Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan menentukan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik.
Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis. Proses belajar terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap informasi adalah proses penjelasan, penguraian, atau pengarahan mengenai prinsip-prinsip struktur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tahap transformasi adalah proses peralihan atau perpindahan prinsip-prinsip tadi ke dalam diri peserta didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi. Namun, informasi harus dianalisis, diubah, atau ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan dalam konteks yang lebih luas. Dalam hal ini, peranan dan bantuan pengajar sangat diperlukan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah Suatu proses perubahan tingkahlaku individu berdasarkan pengalamannya yang dihasilkan melalui interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.1.1.2 Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses belajar antara peserta didik dan pendidik yang dinamis dan terarah   (Yatim, 2012: 62). Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Slameto antara lain sebagai berikut. (1) Dalam belajar setiap siswa-siswi harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. (2) Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa-siswi untuk mencapai tujuan instruksional. (3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. (4) Belajar perlu ada interaksi siswa-siswi dengan lingkungannya.
Prinsip-prinsip belajar sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari antara lain sebagai berikut. (1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa-siswi mudah menangkap pengertiannya. (2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan innstruksional yang harus dicapai. (3) Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa-siswi dapat belajar dengan tenang. (4) Repetisi, dalam proses belajar perlu latihan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa-siswi.
Sedangkan menurut Weil (dalam Rusman, 2012: 100) ada tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa-siswi. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisik, sosial, dan logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial. Atas dasar tiga prinsip pembelajaran tersebut di atas, maka proses pembelajaran harus diarahkan agar siswa-siswi mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, yang meliputi: kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kulturan, dan kompetensi temporal.
Selain itu, Rusman (2012: 104) mengemukakan prinsip-prinsip belajar bagi  siswa-siswi yaitu sebagai berikut: (1) perhataian dan motivasi. Untuk membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar secara terus-menerus, siswa-siswi dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tuuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain, (2) keaktifan. Prinsip keaktifan bagi siswa-siswi berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, serta menuntu siswa-siswi terlibat langsung dalam proses pembelajaran, (3) pengulangan. Adanya prinsip pengulangan bagi siswa-siswi adalah kesadaran bagi siswa-siswi untuk bersedia untuk mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan, (4) tantangan. Tantangan bagi siswa-siswi adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa-siswi akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan,   (5) balikan dan penguatan. Siswa-siswi akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Hal ini timbul karena adanya kesadaran kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya,  (6) perbedaan individual. Setiap siswa-siswi memiliki karakteristik yang berbeda antar satu dengan yang lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa-siswi yang lain akan membantu siswa-siswi, menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut: 1) adanya perubahan prilaku individu yang di dapat dari hasil belajar, 2) perubahan prilaku tersebut bersifat menetap, 3) adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya, 4) adanya perhatian dan motivasi dalam belajar
2.1.1.3  Ciri-ciri Belajar
Susilo (2009: 39) mengemukakan ciri-ciri belajar sebagai berikut.           (1) Belajar dengan kematangan. Pertumbuhan adalah faktor utama sebagai pengubah tingkah laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan dan bukan karena belajar. Memang banyak perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi antara kematangan dan belajar, yang berlangsung dalam proses yang rumit. Misalnya, anak mengalami kematangan untuk berbicara, kemudian berkat pengaruh percakapan masyarakat di sekitarnya, maka dia dapat berbicara tepat pada waktunya.  (2) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental. Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi karena perubahan fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan berulangkali yang mengakibatkan badan menjadi lelah/letih. Gejala seperti kelelahan mental, konsentrasi menjadi kurang, melemahnya ingatan, terjadi kejenuhan, semua dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, mislanya berhenti belajar, menjadi bingung,dan rasa kegagalan. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tak dapat digolongkan sebagai belajar. Jadi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh perubahan fisik dan mental bukan atau berbeda dengan belajar dalam arti yang sebenarnya. (3) Belajar hasilnya relative menetap. Hasil belajar dalam bentuk tingkah laku. Belajar berlangsung dalam bentuk latihan dan pengalaman. Tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku yang nyata dan dapat diamati. Misalnya, sesorang bukan hanya mengetahui sesuatu yang perlu diperbuat, melainkan juga melakukan itu sendiri secara nyata. Jadi, istilah menetap dalam hal ini, bahwa perilaku itu dikuasai secara mantap. Kemantapan ini berkat latihan dan pengalaman.
Sedangkan ciri-ciri belajar menurut Djamarah (www://karyatulisku.com)  yaitu sebagai berikut. 1) Perubahan yang terjadi secara sadar. Individu pebelajar dengan tahu dan mau mengalami proses belajar, sehingga perubahan yang terjadi dapat dirasakan secara langsung atau secara sadar. 2) Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional. Fungsi dari belajar adalah menghasilkan perubahan prilaku individu yang didapat dari hasil belajar.   3) Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.   5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Prinsip belajar yang efisien adalah belajar yang mempunyai tujuan dan terstruktur sehingga menghantar individu menuju hasil belajar yang maksimal.    6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Hasil belajar harus mengarah pada perubahan individu dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.1.2        Hakekat Hasil Belajar
2.1.2.1  Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukann secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa-siswi. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasio hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa-siswi, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).
Sedangkan Menurut Suprijono (2012: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya Supratiknya (2012: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa-siswi setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Kemudian Sudjana (2010: 22) mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa-siswi setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut diantaranya dari aspek cara berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.
Senada dengan Wahidmurni, Susanto (Awe: 2017: 232) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari belajar.
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka ranah-ranah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Rana kognitif, adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2) Rana afektif, berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Ada lima tingkatan dalam ranah afektif ini yaitu penerimaan, merespons, menghargai, organisasi, dan pola hidup. 3) Rana psikomotor, meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Ada lima tingkatan dalam ranah ini, yaitu imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi (Sanjaya, 2009: 127-128).  Menurut Slameto (2008: 8) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa-siswi”. Lebih lanjut Slameto (2008: 8) mengemukakan bahwa “hasil belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa-siswi dengan tujuan mengukur kemajuan belajar siswa-siswi”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan prilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa-siswi dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
2.1.2.2  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Munandi (dalam Rusman, 2012: 124), meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu sebagai berikut.
Faktor internal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dari dalam diri siswa-siswi. Yang termasuk dalam faktor internal adalah sebagai berikut. (1) Faktor fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa-siswi dalam menerima materi pembelajaran.(2) Faktor psikologis. Setiap individu dalam hal ini siswa-siswi pada dasarnya memliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa-siswi.
Faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan yang datang dari luar diri siswa-siswi. Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah sebagai berikut.         (1) faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban. (2). Faktor instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.
Sedangkan menurut Purwanto (Thobroni: 2015: 28-30) berhasil atau tidaknya perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut. Faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor individual, yang meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) faktor kematangan atau pertumbuhan, (2) faktor kecerdasan atau intelegensi, berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dipengaruhi pula oleh faktor kecerdasan, (3) faktor latihan dan ulangan dengan berlatih, sering melakukan hal yang berulang-ulang, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan makin mendalam, (4) faktor motivasi, motivasi merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu, (5) faktor pribadi, setiap manusia memiliki sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda dangan manusia lain. Faktor yang ada diluar individu yang disebut  faktor  sosial. Yang termasuk faktor  dari luar individu atau faktor sosial antara lain:     (1) faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, (2) suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan bagaiamana dan sampai dimana belajar dialami anak-anak (3) faktor guru dan cara mengajarnya, (4) faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, (5) faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia, (6) faktor motivasi sosial yang berasal dari orang tua yang selalu mendorong anak untuk rajin belajar, motivasi dari orang lain, seperti dari tetangga, sanak keluarga, teman-teman sekolah dan teman sepermainan.
2.1.3        Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan berasal dari kata libat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa keterlibatan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga keterlibatan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Para penelitian telah mendefinisikan keterlibatan dari berbagai macam sudut pandangnya.
Sedangkan Menurut Ristiani (2015: 12) bahwa kata “terlibat‟ (keterlibatan) dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau ikut terlibat, ikut  berpartisipasi atau ikut berperan dalam situasi tertentu.  Kaitannya dengan  penelitian ini yaitu keterlibatan Orang Tua dalam belajar anaknya, keterlibatan di sini mengandung arti keikutsertaan dan partisipasi serta berperannya Orang Tua dalam kegiatan belajar anaknya, baik yang menyangkut pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana belajar, aktivitas belajar anak di rumah dan di sekolah, maupun dorongan dan motivasi Orang Tua terhadap kegiatan belajar anaknya.
Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab penuh dengan keluarganya di rumah. Pengertian Orang Tua Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa orang tua artinya ayah dan ibu. Hal ini sejalan dengan pengertian orang tua menurut Turisqoh (2009: 17) bahwa Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemudian menurut Zakiah Daradjat (dalam Hasbi, 2012: 2) orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Lebih lanjut menurut pendapat Miami (dalam Oktaviani, 2017: 2)  orang tua adalah pria dan wanita yang terikat perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Sedangkan menurut Rahmat, Stephanus Turibius  (dalam Obon, 2017: 16) orang tua adalah guru moral pertama anak-anak dan pemberi pengaruh yang paling dapat bertahan lama. Seorang anak dapat berganti-ganti guru setiap tahunnya, tetapi mereka memiliki satu orang tua sepanjang masa pertumbuhannya. Orang tua berada pada posisi sebagai pengajar moralitas yang menawarkan sebuah visi kehidupan dan alasan utama untuk menjalani kehidupan yang bermoral.
Pengaruh kekuatan pengasuhan orang tua sangat menentukan perkembangan seorang anak. pembentukan karakter anak berarti membentuk perilaku, kebiasaan, kemampuan, kecendrungan, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang baik dan konstruktif dalam diri seorang anak. Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dan menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak untuk membentuk moral dan kepribadian anak-anak yang dilahirkannya.
Mulai dari orang tua melahirkan anaknya, disitulah orang tua harus memulai tanggung jawabnya. Ihsan (2008: 63) mengungkapkan bahwa tanggung jawab yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut: 1) memelihara dan membesarkannya, 2) melindungi dan menjamin kesehatannya, 3) mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, 4) membahagiakan anak.
Sedangkan menurut Hasbullah (2011: 44) dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi: 1)  adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. Kasih sayang orang tua yang ikhlas dan murni akan mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberikan pertolongan kepada anaknya. 2) Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Adanya tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai agama atau nilai-nilai spiritual. 3) Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara. Tanggung jawab sosial itu merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang dibina oleh darah, keturunan dan kesatuan keyakinan. 4) Memelihara dan membesarkan anaknya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. Disamping itu ia bertanggung jawab dalam hal melindungi dan menjamin kesehatan anaknya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan diri anak tersebut. 5) Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.
Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) memelihara dan membesarkannya, 2) melindungi dan menjamin kesehatannya, 3) membahagiakan anak, 4) adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak, 5) pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya, 6) tanggung jawab sosial, dan 7) memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak. Menurut (Kristiyani,2013:-32) Keterlibatan Orang Tua di sekolah dapat didefinisikan sebagai partisipasi Orang Tua dalam pendidikan anaknya dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya. Kemudian Henderson (dalam Tolada 2012: 18) mendefinisikan keterlibatan orang tua merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung belajar anak, baik di sekolah formal maupun di kursus belajar. Menurut Hawes & Jesney (dalam Ristiani, 2015: 13) keterlibatan Orang Tua diartikan sebagai partisipasi Orang Tua terhadap pendidikan dan pengalaman anaknya. Berdasarkan hal tersebut, keterlibatan Orang Tua merupakan partisipasi langsung Orang Tua terhadap pendidikan belajar anak baik di sekolah maupun di tempat lain yang dapat mendukung kemajuan anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang tua merupakan bentuk peran serta atau kepedulian orang tua untuk ikut bertanggung jawab terhadap proses pendidikan anaknya, membantu proses tumbuhkembang anak, baik fisik, motorik serta perkembangan kognitif anak dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya.
Menurut pendapat Henderson dan Berla (dalam Olsen dan Fuller, 2003: 136), tanda-tanda yang paling akurat dari pemahaman siswa-siswi di sekolah adalah  bukan dikarenakan status sosial tetapi tingkat dimana keluarga siswa-siswi mampu untuk: 1) menciptakan lingkungan rumah yang dapat mendorong pembelajaran, 2) menunjukkan harapan yang tinggi (tapi masuk akal) untuk pemahaman dan masa depan anak, dan 3) menjadi pendorong pendidikan anak-anak di sekolah dan di masyarakat.
Anderson dan Berla (dalam Agustina, 2016: 14.) telah mengkaji dan menganalisis delapan puluh lima kajian yang telah mendokumentasikan manfaat menyeluruh dari  keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Sebuah keterlibatan orang tua yang direncanakan secara efektif dan diterapkan dengan baik akan memberi manfaat yang sangat banyak bagi anak, orang tua, pendidik, dan sekolah. Manfaat-manfaat tersebut dapat diurikan sebagai berikut.
Manfaat Bagi Anak. Adapun manfaat keterlibatan orang tua bagi anak-anak adalah sebagai berikut: 1) anak-anak cenderung lebih paham, tanpa memandang latar belakang suku atau ras, status sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan orang tua, 2) secara umum anak-anak mendapatkan peringkat, nilai dan presentasi kehadiran yang lebih baik, 3) anak-anak secara konsisten mengerjakan pekerjaan rumah mereka, 4) anak-anak memiliki harga diri yang lebih baik akan lebih disiplin dan menampakkan pendapat serta motivasi untuk bersekolah, 5) perilaku positif anak-anak tentang sekolah akan selalu berhasil meningkatkan perilaku baik di sekolah serta mengurangi pelanggaran disiplin,    6) meminimalkan jumlah siswa-siswi yang ditempatkan di pendidikan khusus dan di kelas remedial, 7) anak-anak dari beragam latar belakang budaya mudah berbaur saat orang tua dan pegawai profesional bekerja sama untuk menjembatani batas antara budaya di rumah dan budaya di sekolah, 8) siswa-siswi SMP dan SMA yang orang tuanya selalu terlibat akan mudah mengatasi masa transisi dan mengurangi angka putus sekolah.
Manfaat bagi Orang Tua. Keterlibatan orang tua dalam mendukung perkembangan anaknya secara tidak sadar bahwa orang tua juga mendapatkan sisi positifnya, dimana: 1) para orang tua dapat meningkatkan interaksi dan diskusi dengan anak-anak mereka dan menjadi lebih responsive dan sensitive terhadap perkembangan intelektual, sosial, dan emosi anak-anak, 2) para orang tua lebih percaya diri dalam mengasuh dan terampil dalam membuat keputusan, 3) sebagai orang tua, memperoleh wawasan tentang perkembangan anak, akan lebih berguna dan menjadi dorongan positif sehingga mengurangi pemberian hukuman pada anak-anak mereka, 4) para orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tugas guru dan kurikulum sekolah, 5) saat para orang tua sadar tentang apa yang dipelajari anak-anak, mereka  dengan senang hati membantu ketika para guru meminta mereka terlibat dalam aktivitas pembelajaran di rumah, 6) persepsi orang tua terhadap sekolah menjadi lebih baik dan memperkuat ikatan serta komitmen dengan sekolah, 7) para orang tua akan lebih sadar dan menjadi lebih peduli terhadap kebijakan-kebijakan pendikdikan anak-anak mereka ketika para orang tua diminta sekolah untuk terlibat sebagai tim pengambil keputusan.
Manfaat bagi Pendidik. Adapun manfaat atas keterlibatan orang tua dalam mendukung tingkat perkembangan anak bagi pendidik yaitu sebagai berikut. 1)  Ketika suatu sekolah memiliki tingkat presentasi yang tinggi dalam melibatkan orang tua baik di dalam maupun di luar sekolah, para guru dan kepala sekolah akan mudah mendapat pengalaman memperoleh kewenangan yang lebih tinggi. 2) Para guru dan kepala sekolah selalu mendapatkan penghargaan yang lebih baik untuk profesi mereka dari para orang tua. 3) Keterlibatan orang tua yang konsisten membuat peningkatan komunikasi dan hubungan antara para orang tua, guru, dan tenaga kependidikan. 4) Guru dan kepala sekolah memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai budaya keluarga dan keberagamannya, dan mereka membuat penghargaan yang dalam untuk kemampuan dan waktu para orang tua. 5)  Guru dan kepala sekolah dapat melaporkan peningkatan hasil kinerja mereka.
Manfaat bagi sekolah. Keterlibatan orang tua dalam memaksimalkan tingkat perkembangan anak tentunya memiliki manfaat bagi lembaga pendidikan, antara lain sebagai berikut. 1) Sekolah yang aktif melibatkan para orang tua dan masyarakat mudah mewujudkan reputasi yang baik di masyarakat. 2)  Sekolah juga lebih berpengalaman dalam dukungan masyarakat, dan 3) Program-program sekolah yang mendorong dan mendukung para orang tua selalu bertindak lebih baik dan memiliki program dengan kualitas tinggi daripada yang tidak melibatkan para orang tua.
Keterlibatan orang tua sangat sesuai dan memiliki dampak positif yang sangat luas. Meskipun banyak  pendidik dan sekolah setuju dan mendukung konsep keterlibatan orang tua serta dampaknya pada anak-anak dari prasekolah sampai sekolah menengah atas, banyak juga yang tidak menyampaikan pengetahuan atau pedoman dalam perencanaan, penerapan, dan hasil yang dicapai. Jaringan Kemitraan Sekolah tingkat nasional yang dibentuk oleh Joyce Epstein dan para rekannya di Universitas John Hopkins ditantang mengembangkan enam jenis keterlibatan orang tua berdasarkan model teori overlapping spheres of influence. Tiap jenis keterlibatan terdiri dari banyak aktivitas yang berbeda untuk mempromosikan dan menjalin kemitraan. Tiap jenis memberikan hasil yang berbeda untuk anak-anak, para orang tua, para guru, dan sekolah, bergantung seberapa baiknya desain, perencanaan, dan penerapan tiap jenis keterlibatan orang tua tersebut. Tapi yang pasti tiap sekolah harus memperhatikan kebutuhan sekitar. Enam tipe keterlibatan orang tua tersebut, antara lain sebagai berikut.
1)      Tipe tanggung jawab dasar dari keluarga
Dasar paling utama dalam keterlibatan orang tua adalah keberlanjutan tanggung jawab untuk meningkatkan anak mereka dengan mendukung anak-anak dengan makanan, pakaian, perlindungan, kesehatan, dan keselamatan. Bentuk kegiatan yang mendukung tipe ini seperti: memberikan informasi-informasi terbaru kepada seluruh orang tua dengan berbagai cara, membuat kelompok atau pertemuan khusus orang tua, membuat sebuah program yang didukung orang tua, mengembangkan kunjungan ke rumah, dan mengembangkan informasi dalam pelayanan masyarakat.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk merencanakan dan menerapkan kegiatan kelompok mengasuh antara lain sebagai berikut: memilih topik yang sesuai dan bermakna, menyampaikan informasi ke semua keluarga, memberikan pemberitahuan yang cukup kepada orang tua, lokasi harus bervariasi, waktu terjadwal, dan informasi harus padat, jelas dan mudah dimengerti.
2)   Komunikasi.
Komunikasi yang efektif penting untuk membangun sebuah kemitraan yang sukses antara sekolah dan rumah. Komunikasi tersebut hendaknya dibangun dua arah untuk berbagi informasi. Tujuan utama sekolah dalam berkomunikasi adalah memberi dan menerima sehingga dapat mewujudkan tujuan umum serta tindak lanjutnya.
Beberapa contoh kegiatan membangun kominikasi dua arah yang efektif yaitu sebagai berikut: 1) membuat pemberitahuan dan bulletin yang interaktif,              2) mengirimkan laporan pekerjaan anak setiap minggu atau setiap bulan,              3) membuat diskusi online dengan guru dan tenaga kependidikan,                        4) menempatkan kotak saran, 5) mempertemukan guru dan orang tua dalam konferensi dengan tindak lanjut yang dibutuhkan, 6) buku catalog sekolah yang diberkian kepada orang tua harus memuat informasi yang jelas mengenai kebijakan sekolah, dan 7) menetapkan pengedaran pemberitahuan yang terjadwal.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membangun komunikasi dua arah yaitu sebagai berikut: 1) informasi harus jelas, berguna dan mudah dibaca,           2) mengadakan pertemuan khusus dengan para orang tua yang memiliki keterbatasan berbahasa, 3) mengembangkan beragam cara agar orang tua bisa berkomunikasi dengan sekolah, 4) membuat “pohon telepon”
3)   Sukarelawan.
Aktifitas tipe ini adalah bantuan orang tua untuk guru dan tenaga kependidikan dalam mendukung program sekolah serta membantu aktivitas dan kerja sekolah termasuk tujuan perjalanan, bagian-bagian kelas, dan penampilan kelas.
Contoh kegiatan sukarelawan antara lain: sukarelawan di dalam kelas, sukarelawan di luar kelas, dan penonton sukarelawan.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menerapkan program sukarelawan adalah: perekrutan,  pelatihan dan pengawasan, dan pengenalan.
4)      Pembelajaran di Rumah
Dalam wilayah pendidikan anak usia dini, dasar utama adalah orang tua dan guru yang paling berpengaruh. Orang tua berpengaruh besar untuk apa yang dilakukan anak-anak di rumah. Termasuk juga pendampingan orang tua untuk mencapai tujuan belajar anak. Akan lebih banyak waktu yang tersedia di rumah daripada di sekolah untuk belajar dan membangun tingkah laku positif dalam pendidikan. Beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar di rumah yaitu: 1) mendengar dan memperhatikan anak ketika membaca, 2) pusat kegiatan belajar, 3) menyediakan perlengkapan di rumah, 4) belajar di rumah dengan segala ketersediaan, 5) membuat perpustakaan keluarga, 6) pekerjaan rumah yang interaktif. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:  meningkatkan informasi dan memberi pelatihan, menyertakan kegiatan dalam jadwal kaluarga, membuat pekerjaan rumah yang interaktif, dan kemudahan mengakses bahan dan melakukan aktifitas.
5)   Pembuat keputusan
Keterlibatan orang tua dalam membuat keputusan memiliki beragam bentuk, seperti memilih sekolah, mengkaji dan mengevaluasi program sekolah, mengukur kemampuan biaya, mendengarkan pendapat, peran pembinaan dalam komite sekolah, dan perlindungan hukum untuk sekolah, keluarga, dan anak-anak. Contoh-contoh kegiatan yang dapat digunakan dalam membuat keputusan antara lain: organisasi orang tua dan komite, kelompok perlindungan hokum, pertemuan di balai kota, sesi pelatihan untuk orang tua dan pendidik, dan paguyuban kelas untuk orang tua dan guru. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk perencanaan kegiatan di atas yaitu: jumlah dan keberagaman orang tua yang mewakili komite, memberikan informasi yang membutuhkan keputusan orang tua, tindak lanjut di setiap pelatihan orang tua, mewujudkan pertemuan rutin, membangun dan mengurus kemitraan diantara pendidik dan orang tua, dan kerja sama dengan Masyarakat.
Sekolah dan guru seharusnya memperhatikan masyarakat dalam konteks memasukkan anggota masyarakat yang tertarik untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Wujud dukungan dari anggota masyarakat tersebut dapat berupa materi, tenaga, dan sumber daya alam. Oleh karena itu sekolah hendaknya berhubungan dengan beragam anggota masyarakat seperti dari kalangan bisnis, agama, budaya, pemerintahan, dan organisasi lainnya. Contoh-contoh kegiatan kerja sama dengan masyarakat: 1) meningkatkan komunikasi mengenai sumber daya dan pelayanan dengan berbagai cara, 2) menjalin kerja sama dan berkolaborasi dengan komunitas masyarakat bisnis, agensi, organisasi dan lain- lain.
Para orang tua mengharapkan peningkatan taraf hidup, latar belakang pendidikan, silsilah keluarga, maupun pengalaman dengan sekolah pada masa lalu, serta ingin secara aktif terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka. Para orang tua lebih senang jika sekolah menunjukkan pada mereka bagaimana terlibat di dalam sekolah. Berikut adalah dasar-dasar menjalin keterlibatan orang tua, yaitu sebagai berikut.
1)      Iklim Sekolah yang Positif.
Bagi sekolah, untuk menarik para orang tua dengan sukses, langkah utama yang harus dilakukan adalah menciptakan sebuah suasana sosial budaya yang positif di sekolah dan di ruang kelas. Iklim sekolah berpengaruh langsung bagi keberhasilan keterlibatan orang tua di sekolah dan pendidikan anak-anak, Comer &-Haynes,-1991;-Dauber-&-Epstein,-1993-(dalam desimulyani85. blogspot. com. 2012/11). Di bawah ini adalah beberapa tindakan yang memfasilitasi iklim sekolah yang positif: 1) keramahtamahan, 2) keterbukaan dan antusiasme, 3) empati dan kesabaran, 4) saling menghormati satu sama lain.
2)   Komunikasi yang Tetap.
Komunikasi adalah komponen paling penting untuk menciptakan dan menangani sebuah bangunan kemitraan dengan keluarga. Sebuah komunikasi yang tetap, berkelanjutan dan dua arah dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke rumah sangat dibutuhkan. Tindakan yang mendukung komunikasi seperti: 1) guru membuat jadwal yang fleksibel untuk pertemuan wali murid, 2) tenaga kependidikan memberi kompensasi bagi guru yang bekerja di luar jam kerja,        3) memaksimalkan penggunaan teknologi untuk memberikan informasi kepada para orang tua.
3)   Keberagaman
Perbedaan dalam struktur keluarga, status ekonomi, latar belakang sosial dan budaya, serta latar belakang pendidikan menjadi perhatian utama dalam membuat perencanaan dan penerapan keterlibatan orang tua. Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan sekolah: 1) sekolah hadir mewakili berbagai bentuk keluarga dengan beragam latar belakang, 2) dengar dan perhatikan petunjuk serta tanda-tanda dari tiap keluarga, 3) sertakan rasa saling memiliki dalam diri anak dan keluarga,        4) libatkan orang tua dalam penilaian dan pengajuan anak, 5) komunikasi secara tertulis dan verbal harus dapat dimengerti, dan 6) menghormati keberbedaan dalam setiap keluarga.
4)   Pelatihan untuk Pendidik dan Orang Tua
Adapun pelatihan untuk pendidik dan orang tua, adalah sebagai berikut:          1) untuk pendidik, meningkatkan frekuensi dan ketetapan perkembangan   professional untuk meningkatkan iklim sekolah, b) untuk para orang tua, pemanduan terus menerus, sesi pelatihan, dan pemberian informasi mengenai bagaimana secara aktif terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka, bekerja sebagai satu tim dan kepemimpinan orang tua, serta berkontribusi untuk mewujudkan tujuan sekolah adalah tujuan yang diharapkan pelatihan pendidik dan orang tua.
5)   Meningkatkan Program Keterlibatan Orang Tua secara Menyeluruh
Ketika sekolah mengembangkan program keterlibatan orang tua secara menyeluruh melalui segala bentuk perbedaan keterlibatan, hal tersebut akan menguatkan keberagaman bentuk pelayanan orang tua di sekolah. Semua orang tua memiliki anak dengan ketrampilan dan kemampuan, ketertarikan dan kebutuhan, jadwal dan kewajiban, usia dan kelas yang berbeda. Oleh karena itu para orang tua dan keluarga akan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap permintaan untuk terlibat dalam pendidikan anak-anak. Beberapa orang tua bisa berpartisipasi di sekolah selama jam sekolah, tapi pada saat ini banyak aktivitas yang mengharuskan para orang tua untuk memilih kegiatan di rumah. Keterlibatan orang tua yang menyeluruh dan fleksibel akan mendukung kebutuhan dan ketertarikan para orang tua dan akan memungkinkan para orang tua membangun kekuatan. Tentu saja itu semua dipengaruhi oleh muatan dan tipe keterlibatan orang tua.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksudkan dengan keterlibatan orang tua adalah bentuk peran serta orang tua untuk ikut bertanggung jawab membantu proses tumbuhkembang anak, baik fisik, motorik maupun perkembangan kognitif anak dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya.
2.1.4    Hubungan Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil Belajar
Orang tua berperan dalam menentukan masa depan anaknya. Secara fisik, agar anak-anaknya bertumbuh sehat dan berpostur tubuh yang lebih baik, anak anak harus diberi makan yang bergizi dan seimbang. Secara mental, agar anak-anak dapat tumbuh sehat, cerdas dan cemerlang, selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai. Secara sosial, agar anak-anak daapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasikan diri dan memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan memiliki pengaruh yang positif
dalam peningkatan hasil belajar siswa-siswi (Dwiningrum, 2011:68). Orang tua yang terlibat dalam pendidikan anaknya baik di sekolah maupun di rumah, dapat memengaruhi hasil belajar anak tersebut. Keterlibatan orang tua secara sadar baik dalam bentuk fisik maupun non fisik akan berdampak positif terhadap aktivitas belajar seorang anak. Dalam memenuhi kebutuhan belajar anak, orang tua tentunya memperhatikan fasilitas belajar, ruang belajar, tempat belajar, dan buku-buku penunjang yang dibutuhkan oleh anak.
Menciptakan lingkungan yang kondusif dan menyenangkan bagi anak perlu diperhatikan. Anak akan merasa nyaman saat belajar apabila lingkungan belajarnya menyenangkan. Sebagai orang tua, tentunya harus menyadari proses belajar anak di rumah. Ketika anak sedang belajar, usahakan tidak menonton TV dan sebaiknya mendampingi anak saat sedang belajar. Bentuk pendampingan ini merupakan bentuk perhatian orang tua wujud dari partisipasi non fisik. Di dalam lingkungan keluarga, Orang Tualah yang berperan menjadi pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya untuk mengembangkan potensinya. Orang tua menjadi pendidik yang pertama, karena orang tua yang pertama kali mendidik anaknya sejak ia dilahirkan. Dikatakan sebagai pendidik utama, karena pendidikan yang diberikan Orang Tuanya bersifat mendasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pendidikan merupakan proses yang berlangsung selama manusia hidup dan berkembang. Di dalam pendidikan, akan berlangsung proses belajar yang akan mempengaruhi sifat dan wawasan manusia. Semakin banyak seseorang belajar, maka semakin banyak pula wawasan, pengetahuan, serta pengalamannya. Untuk itu, partisipasi orang tua dalam belajar sangat diperlukan agar anak dapat belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal. Tingkat partisipasi orang tua dalam belajar anaknya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh anaknya.
Keterlibatan orang tua dalam hasil belajar anak dapat dilakukan dengan beberapa cara bergantung pada kondisi dan keadaan orang tuanya. Ada beberapa cara orang tua agar tetap terlibat pada belajar anak, antara lain dapat dilihat dari pemberian dukungan terhadap anak, pemberian tambahan bimbingan belajar, pemberian terhadap tugas sekolah dan jadwal harian, serta ditunjukkan dengan partisipasi orang tua dalam kegiatan sekolah. Apabila cara tersebut dapat dilakukan oleh orang tua bisa dipastikan orang tua terlibat dalam proses belajar anak. Dengan adanya orang tua yang selalu terlibat dalam proses belajar anak maka akan terjadi peningkatan hasil belajar anak.
2.2   Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang hubungan keterlibatan orang tua dengan hasil belajar sebelumnya sudah beberapa kali dilakukan oleh para peneliti. Hasil penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Sari Defia Rizki pada tahun 2017 dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar Kelas II dan III. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional melalui pendekatan crossectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar kelas II dan III di SDN Ibu Dewi V sebanyak 98 ibu dengan teknik pengambilan aksidental sampling.Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar orang tua melakukan pola asuh demokratis 35%, gabungan 28%, permisif 19% dan otoriter 18%, sedangkan untuk prestasi belajar anak baik sekali 37%, baik 48%, dan cukup 15%. Analisa hipotesis menggunakan Chi Square p-value 0,011.Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak. Maka disarankan kepada Puskesmas Cianjur Kota untuk meningkatkan pembinaan bagi pihak sekolah tentang pola asuh yang baik dan kepada SDN Ibu dewi V diharapkan dapat melakukan konseling dengan orang tua agar menentukan pola asuh yang baik.
Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Afriansyah, Donal pada tahun 2014 dengan judul “Hubungan antara Dukungan Orang Tua dengan Hasil Belajar Siswa-siswi pada Pembelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi pada pembelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan metode kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 47 siswa-siswi kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu tahun ajaran 2013/2014. Instrumen dalam penelitian adalah angket dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan rumus “Korelasi Product Moment”. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai r hitung sebesar 0,796 dan r tabel sebesar 0,288. Diketahui nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi pada pembelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu.
Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Romadhon, Yahya tahun 2015 tentang hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa-siswi bidang studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kualitas perhatian orang tua terhadap belajar anak dalam bidang studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang, 2) kualitas prestasi belajar siswa-siswi pada bidang studi  PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang, dan 3) hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa-siswi pada bidang studi  PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik korelasi serial. Setelah dilakukan analisis terhadap data-data yang terkumpul, diketahui bahwa sebagai berikut: 1) secara umum orang tua cukup perhatian terhadap belajar anak dalam bidang studi  PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang, yang dibuktikan dari nilai rata-rata perhatian orang tua sebesar 71,125 yang berada pada interval 61 – 72 dengan kategori cukup perhatian, 2) secara umum prestasi belajar siswa-siswi pada bidang studi  PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang sudah baik, yang dibuktikan dari nilai rata-rata prestasi belajar siswa-siswi sebesar 7,16 pada interval di atas 7,10 dengan kategori baik, 3) terdapat hubungan atau korelasiyang signifikan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa-siswi pada bidang studi  PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan statistic dengan rumus korelasi serial yang diperoleh nilai koefisien rser sebesar 0,484 yang setelah dikonsultasikan dengan table r Product Moment menunjukkan bahwa rser lebih besar dari r tabel ( rser > r table) baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Hal ini juga membuktikan kebenaran dari hipotesis yang berbunyi ”besarnya perhatian orang tua terhadap belajar anak dalam bidang studi  PAI berhubungan dengan tingginya prestasi belajar siswa-siswi pada bidang studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang”.
Dari beberapa penelitian di atas diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi. Oleh karena itu penelitian yang sama akan dilakukan dengan subyek, objek, tempat, dan waktu yang berbeda.
2.3   Kerangka Berpikir
Keberhasilan siswa-siswi dalam belajar ditentukan oleh beberapa komponen pendukungnya. Diantara sekian banyak komponen yang mendukung keberhasilan siswa-siswi dalam belajar yaitu lingkungan. Lingkungan yang besar pengaruhnya  dengan hasil belajar adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang penting dan berhubungan dengan hasil belajar peserta didik (Munib, 2012:72). Di dalam lingkungan keluarga, Orang Tualah yang berperan menjadi pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya untuk mengembangkan potensinya. Keterlibatan orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, khususnya dalam kegiatan belajar anak. Efek dari keterlibatan orang tua dalam pendidikan belajar anak secara umum anak menjadi berprestasi dalam pembelajaran di sekolah, karena orang tua mendukung dan terlibat dalam pendidikan anak. Kegiatan belajar anak di sekolah cukup terbatas, sedangkan anak waktu terbanyaknya berada di rumah, maka dari itu hal tersebut merupakan tanggung jawab orang tua di rumah. Keterlibatan orang tua di rumah berupa keterlibatan fisik dan keterlibatan non fisik. Bentuk keterlibatan fisik yang diberikan orang tua berupa penyediaan fasilitas tempat belajar dan pemberian alat bantu belajar di rumah, mengawasi waktu belajar anak, mengawasi kegiatan sekolah anak, mengenal kesulitan belajar anak, dan membantu kesulitan anak dalam belajar. Sedangkan bentuk keterlibatan non fisik orang tua dapat berupa bimbingan dan dukungan agar anak dapat mencapai hasil belajar yang baik di sekolah. Orang tua berperan untuk membentuk perilaku anak dalam proses perkembangannya. Jadi perhatian dan keterlibatan orang tua sangat berpengaruh terhadap hasil belajar anak.
Pada umumnya hanya orang tua yang memiliki partisipasi yang tinggi akan lebih dapat memotivasi anaknya untuk belajar, baik belajar dengan orang tuanya atau melalui bimbingan belajar. Orang tua yang memiliki keterlibatan yang tinggi akan membangkitkan semangat serta motivasi diri yang lebih tinggi terhadap belajar anaknya.
Pengalaman belajar serta motivasi yang didapat dari partsipasi orang tuanya yang akan menjadi dasar semangat dan motivasi dalam belajar anaknya, yang dapat berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa-siswi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan seperti pada gambar 2.1 di bawah ini.
Keterlibatan Orang Tua
1.   Penyediaan fasilitas tempat belajar
2.   Pemberian alat bantu belajar
3.   Pemberian bimbingan dan arahan kepada anak
4.   Pemberian motivasi belajar
 
 









Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Hasil Belajar
(y)
 
Keterlibatan orang tua
(x)
 
Berdasarkan gambar tersebut di atas, dapat dilihat antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar diduga memiliki hubungan yang sangat kuat. Hubungan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar dapa dilihat pada gambar berikut ini.

2.4   Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoretis dan penyusunan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa-siswi SD  Se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada tahun ajaran 2017/2018.







BAB III
METODE PENELITIAN

3.1     Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian Ex Post Facto karena variabel bebas dalam penelitian ini tidak dikendalikan atau diperlakukan khusus melainkan hanya mengungkapkan fakta berdasarkan pengukuran gejala yang telah ada pada diri responden sebelum penelitian ini dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010: 8) yang mengemukakan bahwa penelitian Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan logika dasar yaitu jika x maka y. Dalam penelitian tidak ada manipulasi langsung terhadap variabel independen.
Sukardi (2012: 165) mengatakan Penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika penelitian mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Keterkaitan antara variable bebas dan variabel bebas maupun variabel bebas dan variabel terikat sudah terjadi secara alami, namun akan diatur untuk melacak kembali apa yang menjadi faktor penyebabnya.
Menurut Arikunto (2006: 270) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel (x) keterlibatan orang tua dan (y) hasil belajar).
Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan desain sebagai berikut:
Hasil Belajar
(y)
 
Keterlibatan orang tua
(x)
 
                                                    rxy

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
X   : Keterlibatan (variabel bebas)
Y   : Hasil Belajar (variabel terikat)
rxy   : Hubungan Antara x dan y
      : Garis korelasi
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar se-Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada pada tanggal 16 April sampai dengan 16 Mei 2018.

3.2    Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1    Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2011: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Supranto (2008: 22) menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain karena karakteristiknya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai karakteristik yang berlainan.
Selanjutnya Martono (2010: 74) mengemukakan bahwa populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada satu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Hal tersebut senada dengan definisi menurut Arikunto (2010: 173), bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah kumpulan dari keseluruhan obyek atau subyek pada suatu wilayah yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk menjadi subjek atau obyek yang akan diteliti untuk diambil kesimpulannya.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SDI Rutosoro dan SDI Watuwula, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Jumlah populasi dalam penelitian ini akan dijabarkan pada table 3.1 di bawah ini.
NO
SEKOLAH DASAR
KELAS
JUMLAH

1



SDI Rutosoro
IV
23
VA
11
21
VB
11
20

2

SDN Watuwula
IV
12
V
10

3

SDK Olabolo
IV
15
V
23

4

SDI Wolorowa
IV
21
V
21

Jumlah
9
22
166
Sumber: Data siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kabupaten Ngada TA. 2017/2018

3.2.2        Sampel Penelitian
Menurut Martono (2011 : 74), sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Atau, sampel dapat didefinisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Sementara menurut Arikunto (dalam Riduwan, 2012: 95) sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.
Berdasarkan populasi tersebut di atas, sampel adalah sebagian dari siswa-siswi SD kelas IV dan V Gugus IX Kecamatan Golewa yang diambil melalui teknik simple random sampling. Teknik ini memungkinkan setiap unit yang menjadi anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel penelitian. Teknik ini pada dasarnya merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara undian. Dari jumlah populasi 166 ini diambil sampel sebanyak 118 , hal ini berdasarkan table  Krecjie and Morgan serta formula Wenwich. Berdasarkan ketentuan ini maka sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini sebesar 118 orang, yang anggota sampelnya di ambil melalui teknik undian.

3.3    Variabel Penelitian dan Definisi Variabel

3.3.1   Variabel Penelitian
Menurut Suwarno (dalam Riduwan dan Akdon, 2013: 6), variable adalah karakteristik yang dapat diamati dari sesuatu (objek), dan mampu memberikan macam-macam nilai atau beberapa kategori. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu sebagai berikut.
1)      Variabel Bebas (independent Variabel)
Variabel Bebas (independent Variabel) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Atau dengan kata lain, variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dahulu. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterlibatan orang tua.
2)      Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.
3.3.2     Defenisi Variabel
3.3.2.1   Defenisi Konseptual
Menurut Singarimbun dan Efendi (2008: 43), definisi konseptual adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1)      Keterlibatan Orang Tua
Menurut (Kristiyani,2013:-32) Keterlibatan Orang Tua di sekolah dapat didefinisikan sebagai partisipasi Orang Tua dalam pendidikan anaknya dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya. Keterlibatan orang tua merupakan bentuk peran serta orang tua untuk ikut bertanggung jawab membantu proses tumbuhkembang anak, baik fisik, motorik maupun perkembangan kognitif anak dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya.
2)      Hasil belajar
Menurut Slameto (2008: 8) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa-siswi”. Lebih lanjut Slameto (2008: 8) mengemukakan bahwa “hasil belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa-siswi dengan tujuan mengukur kemajuan belajar siswa-siswi”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan prilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa-siswi dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Hasil belajar diperoleh melalui tes hasil belajar.
3.3.2.2  Defenisi Operasional
1)   Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan  orang tua merupakan  suatu  kegiatan  yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dengan cara memenuhi kebutuhan anak dan membantu mengembangkan kepribadian anak. Keterlibatan orang tua dapat dibagi kedalam beberapa indikator, yaitu sebagai berikut: menyediakan fasilitas Belajar, mengawasi waktu belajar anak, mengawasi kegiatan sekolah anak, mengenal kesulitan belajar anak, membantu kesulitan belajar anak, pemberian bimbingan dan nasihat, pemberian penghargaan dan hukuman, menciptakan suasana belajar yang tenang dan tentram. Alat ukur yang digunakan dalam mengukur keterlibatan orang tua yaitu melalui angket diberikan kepada beberapa orang tua.
2)   Hasil belajar
Hasil belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu pendirian baik pendapat maupun keyakinan dalam perbuatan secara keseluruhan sebagai pengalaman dari interaksi dengan lingkungannya. Indikator hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa-siswi mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa-siswi memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa-siswi diperoleh dari jumlah rata-rata nilai akhir pada semester ganjil yang diambil dari nilai raport siswa-siswi.
3.4    Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.4.1    Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, berdasarkan pendapat Sugiyono (2011: 8) metode kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umummya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian  korelasi,  menurut  Arikunto  (2006:  270)  penelitian  kolerasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Jenis  penelitian  ini  digunakan  untuk  mengetahui  hubungan   antara variabel (X) keterlibatan orang tua dan variabel (Y) hasil belajar.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang semuanya berbentuk data kuantitatif serta berbentuk  data interval yang dikumpulkan melalui alat ukur berupa kuesioner dengan mengikuti pola skala Likert. Sumber datanya adalah siswa-siswi se-gugus IX Kecamatan Golewa, sedangkan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil belajar dalam rapor semester ganjil TA 2017/2018 dan melalui data pendukung yaitu melalui wawancara dengan orang tua, kepala sekolah dan guru kelas.
3.4.2        Instumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data. Macam-macam instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yaitu; tes, angket/kuesioner, wawancara atau interview, observasi, dokumentasi dan skala sikap.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu keterlibatan orang tua dan hasil belajar. Data  yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)   Data tentang keterlibatan orang tua dikumpulkan dengan menggunakan angket yang diberikan kepada siswa-siswi se-gugus IX Kecamatan Golewa yang menjadi sampel dalam penelitian. Data tentang keterlibatan orang tua berisikan butir pertanyaan yang berkaitan dengan keterlibatan orang tua.
2)   Data tentang hasil belajar siswa-siswi diperoleh dari nilai tes akhir semester yang diambil dari nilai rapor siswa-siswi pada semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
3.4.3        Kisi-kisi Instrumen
Dari setiap  variabel tersebut akan dibuat suatu tabel yang berupa tabel kisi-kisi, yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam rangka menyusun kuesioner agar alat itu tersusun serta memenuhi validitas isi. Berikut ini akan disajikan tabel kisi-kisi dari masing-masing variabel. Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi secara umum seperti disajikan pada tabel 3.2  berikut. Kisi-kisi instrumen meliputi intrumen tentang  fasilitas belajar anak, pemberian bimbingan dan nasihat, mengawasi waktu belajar anak, mengawasi kegiatan sekolah anak, mengenal kesulitan belajar anak, belajar yang tenang dan tentram, dan hasil Belajar Siswa-siswi.
Variabel Penelitian
Sumber data/Responden
Metode
Keterlibatan Orang Tua
Siswa-siswi
Angket
Hasil belajar
Dokumen (rapor)
1.      Nilai Rapor
2.      Dokumentasi
                                                                         
Berdasarkan kisi-kisi tersebut, disusun instrumen keterlibatan orang tua. Jumlah butir pernyataan  tersebut telah mencakup semua aspek untuk  menggali data yang dibutuhkan sesuai indikator yang telah diungkap dalam kajian teori. Angket tersebut disusun untuk diisi oleh siswa-siswi yang berisi variabel keterlibatan orang tua. Uji coba instrumen  dilakukan terhadap siswa-siswi  yang bukan obyek penelitian. Analisis data uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.
Data keterlibatan orang tua  diperoleh dengan memberikan angket atau daftar isian kepada siswa-siswi tentang keterlibatan orang tua dalam mendukung pendidikan siswa-siswi se-gugus IX Kecamatan Golewa, yang dialami langsung oleh siswa-siswi sebagaimana yang dicantumkan pada angket.  Angket yang diberikan kepada siswa-siswi dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012: 132). Siswa-siswi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang termasuk dalam sampel penelitian hasil belajar.
Skor untuk keterlibatan orang tua  tergantung pada peran atau pengalaman yang sudah dilakukan orang tua. Skor-skor item yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah 5 = selalu, 4 = sering, 3 = jarang, 2 = kadang-kadang, dan           1 = tidak pernah. Jumlah skor total merupakan skor keterlibatan orang tua.
Penskoran secara lengkap dapat disajikan pada tabel 3. 3 berikut.







VARIABEL
INDIKATOR
DIMENSI
NOMOR BUTIR SOAL
JUMLAH



Keterlibatan Orang Tua



Menyediakan Fasilitas Belajar
Menyediakan alat tulis dan perlengkapan sekolah




1, 2, 3




3
Memberi penerangan dan tempat belajar yang baik
memenuhi keperluan sekolah anak

Mengawasi waktu belajar anak
Memperhatikan anak ketika belajar siang dan malam hari.




4, 5




2
Mengawasi anak ketika sedang belajar
Mengawasi
kegiatan sekolah anak
Disiplin pada
waktu pulang sekolah

6

1


Mengenal kesulitan belajar anak
Bertanya pengalaman pada saat disekolah


7, 8


2
Mengetahui perkembangan dan masalah anak pada saat disekolah


Membantu kesulitan belajar anak
Suasana  rumah yang kondusif untuk belajar anak





9, 10, 11





3
Membantu kesulitan anak pada saat belajar

Mengijinkan anak belajar kelompok
Pemberian
bimbingan dan nasihat




Memberikan bimbingan pada saat mengerjakan tugas dirumah





12, 13, 14, 15











4
Memberikan nasihat kepada anak ketika anak malas belajar
Mengawasi kegiatan anak di rumah
Memberikan motivasi kepada anak
Pemberian penghargaan dan hukuman
Memberikan
hadiah   kepada anak        ketika anak mendapatkan nilai yang baik dalam belajar






16, 17






2
Memberikan hukuman kepada      anak ketika        anak mendapat  nilai rendah
Menciptakan suasana
belajar yang tenang dan tentram
Menciptakan suasana yang tenang agar anak konsentrasi pada saat belajar


18,19,20


3


Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar




Menciptakan suasana ruang belajar yang nyaman untuk anak


JUMLAH
20
Sumber: Saraswati Suci (2016: 36)







3.4.4 Validasi dan Reliabilitas
3.4.4.1 Validitas
Untuk menguji validitas butir soal dicari dengan mengkorelasikan skor butir soal dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Pearson Product Moment, dengan rumus :
                                                n∑XY - ∑X∑Y
                     rxy  =                                                                   (Koyan, 2012: 35)
                                      (n∑X2 – (∑X)2(n∑Y2 – (∑Y)2          
 Keterangan :
rxy           =  Koefisien korelasi antar skor butir dengan skor total
X         =  skor butir
Y         =   skor total   
Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r table dengan α = 0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r table maka alat ukur tersebut adalah tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir pernyataan keterlibatan orang tua yang diberikan kepada siswa berupa angket maka hasil perhitungan seperti tercantum pada table 3.4 berikut.





Nomor item Soal
 t table
t hitung
Keterangan
1
1,734
5,164
Valid
2
1,734
2,156
Valid
3
1,734
1,865
Valid
4
1,734
1,779
Valid
5
1,734
1,766
Valid
6
1,734
0,994
Drop
7
1,734
1,044
Drop
8
1,734
1,184
Drop
9
1,734
2,300
Valid
10
1,734
1,735
Valid
11
1,734
1,825
Valid
12
1,734
1,837
Valid
13
1,734
1,744
Valid
14
1,734
1,880
Valid
15
1,734
1,378
Valid
16
1,734
0,967
Drop
17
1,734
0,421
Drop
18
1,734
1,794
Valid
19
1,734
0,465
Drop
20
1,734
0,512
Drop
21
1,734
1,071
Drop
22
1,734
1,620
Valid
23
1,734
1,778
Valid
24
1,734
0,864
Drop
25
1,734
3,595
Valid

Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir kuesioner di atas diketahui bahwa  dari 25 butir pernyataan terdapat  16 butir pernyataan yang valid sedangkan 9 butir dinyatakan drop atau gugur. Jadi kuesioner keterlibatan orang tua terhadap hasil belajar siswa  yang digunakan sebanyak 16 butir pernyataan.
Dalam penelitian ini, uji validitas hasil belajar siswa tidak dilakukan karena nilai hasil belajar siswa diperoleh dari nilai rata-rata pada rapor siswa.


3.4.4.2 Reliabilitas Instrumen
            Menurut Arikunto (2010: 221) realibilitas adalah suatu instrument yang cukup bisa dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Sugiyono (2009: 190) menyatakan bahwa pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua (split half) `yang dianalisis dengan rumus Spearman-Brown. Dari jumlah butir soal yang sudah valid, kemudian dibagi dalam dua belahan yakni genap-ganjil. Rumus korelasi Spearman-Brown (Mardapi, 2008: 37) yaitu.
rxx’ =
Keterangan:
 = koefisien korelasi antara kedua belahan
rxx’     = estimasi koefisien reliabilitas keseluruhan tes
            Rumus Spearman-Brown hanya berlaku untuk paket angket yang jumlah seluruh butirnya genap. Jika jumlah butirnya ganjil maka sebaiknya menggunakan rumus koefisien alpha. Cronbach menyatakan bahwa koefisien alpha juga menyajikan suatu perkiraan reliabilitas untuk suatu pengukuran yang tersusun dari item-item dengan skor selain 0 dan 1 (Ebel, 1996: 78). Formula koefisien alpha adalah sebagai berikut:
 =1- ]
Keterangan:
k   = jumlah soal tes
 = varians dari skor tes
    = varians dari suatu soal tes
            Untuk menghitung reliabilitas instrumen digunakan program exel . Kriteria reliabilitas derajad reliabilitas instrumen berpedoman pada klasifikasi  yang dikemukakan oleh Guilford (dalam Koyan, 2011 : 136) sebagai berikut.
Kriteria
≤ 0,20  : Sangat rendah
0,20     ≤ 0,40  : Rendah
0,40       0,60 : Sedang
0, 60       0,80 : Tinggi
0,80         1,00 : sangat Tinggi
Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas IV dan V SDI Malanuza dan setelah diuji validitas butir angket maka diketahui bahwa reliabilitas yang diperoleh dengan menggunakan Alpha Cronbach adalah tergolong sangat tinggi (= 0,92) sehingga angket layak untuk diberikan kepada siswa-siswi SD se-gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Ringkasan hasil uji reliabilitas instrumen keterlibatan orang tua, disajikan pada tabel berikut.
Tabel  3.5 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
No
Variabel
Koefisien Reliabilitas
Kriteria Reliabilitas
1
Keterlibatan Orang Tua
0,92
Sangat Tinggi

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas untuk hasil belajar siswa tidak dilakukan karena nilai hasil belajar siswa diperoleh dari nilai rata-rata pada rapor siswa.


3.5  Metode Analisis Data
Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis statistik dan analisis non statistik. Pada dasarnya statistik mempunyai dua pengertian yang luas dan yang sempit. Dalam pengertian yang luas statistik merupakan cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, mengajukan, dan menganalisis data yang berwujud angka. Sedangkan dalam pengertian yang sempit statistik merupakan cara yang digunakan untuk menunjukkan semua kenyataan yang berwujud angka. Data yang dinilai adalah  data  variabel  bebas  Keterlibatan  Orang  Tua  (X),  serta  variabel terikat yaitu Hasil Belajar (Y).
Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) Tahap deskripsi data; (2) Tahap pengujian prasyarat analisis, dan; (3) Tahap pengujian hipotesis.
  3.5.1 Deskripsi Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh dari masing-masing variabel yaitu keterlibatan orang tua dan hasil belajar siswa untuk ketepatan hasil deskripsi data akan dideskripsikan dengan mencari rerata (M), standar deviasi (SD), modus (Mo) dan median (Md).
3.5.2    Uji Prasyaratan Analisis
3.5.2.1  Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas dapat digunakan rumus Chi-Kuadrat, yaitu sebagai berikut.
χ2 = ∑                                (Koyan, 2012: 105)    
Keterangan:
χ2 = Chi kuadrat
= frekuensi yang diperoleh sampel
= frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian data berdistribusi normal jika x2 hit < x2 tabel, dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = (k-1). Sebaliknya jika harga chi kuadrat melalui hitungan atau observasi lebih besar dari harga chi kuadrat table maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Untuk penyelidikan asumsi normalitas, menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows.
3.5.2.2  Uji Linieritas
Uji linieritas garis regresi dimaksudkan untuk mengetahui keberartian koefisien arah regresi dari model linier ataupun variable bebas atau terikat. Linieritas dilakukan dengan variable-variabel independen yang terdiri dari keterlibatan orang tua, sedangkan  variable dependennya adalah hasil belajar siswa. uji yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya adalah menggunakan uji F yang dikutip pada Sugiyono (2010:286)
Keterangan:
Freg = Harga garis korelasi
N = Cacah Kasus
m = Cacah Prediktor
R = Koefisien Korelasi
Setelah didapat harga F, kemudian dikorelasikan dengan harga F pada table dengan taraf signifikan 5%. Jika harga F hasil analisis (Fa) lebih kecil dari F table (Ft) maka hubungan kriterium dengan prediktor adalah hubungan non linier. Untuk uji linieritas menggunakan program SPSS 16.0 for windows.
3.5.2.3  Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan pada penelitian, yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi.
Untuk menguji hipotesis penelitian adalah dengan menghitung koefisien korelasi antara X dan Y dengan menggunakan rumus “Korelasi Product Moment”. Analisis akan dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 for Windows.











BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
Dalam BAB IV ini, akan disajikan hasil penelitian yang mencakup deskripsi tentang karakteristik masing-masing variabel penelitian. Hasil penelitian yang dimaksudkan adalah menyangkut deskripsi tentang keterlibatan orang tua dan hasil belajar siswa di SD Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
Berdasarkan pada masalah pokok di atas, dalam laporan hasil penelitian ini disajikan hal-hal sebagai berikut.   
4.1.1 Deskripsi Data Keterlibatan Orang Tua dan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada 118 orang responden menunjukan skor tertiggi adalah 77 dan skor terendah adalah 30, dan berdasarkan rata-rata hasil belajar siswa yang terdapat dalam nilai raport menunjukkan skor tertinggi adalah 97, sedangkan skor terendah adalah 65. Untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik distribusi skor dari masing-masing variabel, berikut disajikan skor tertinggi, skor terendah, nilai rata-rata (mean), median, modus, dan kategorisasi masing-masing variabel yang diteliti. Di bawah ini disajikan statistik deskripstif seperti tampak pada table 4.1 berikut.





          Variabel                      
        Statistik
X
Y
Mean
77.12
60.53
Median
78.00
61.00
Modus
80
67
Std. Deviation
6.618
10.122
Variance
43.798
102.457
Range
32
47
Minimum
65
30
Maximum
97
77
Jumlah
9100
7142

Keterangan:
X = Keterlibatan Orang Tua
Y = Hasil Belajar
4.1.2 Uji Prasyarat Analisis
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika memenuhi kriteria x2 hitung  < x2 tabel, dengan taraf signifikan 5% atau jika nilai signifikan > 0,05.
Pengujian normalitas untuk data keterlibatan orang tua dan hasil belajar siswa dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (Liliefors Signicance Corecction) yang dikenakan terhadap skor keterlibatan orang tua dan hasil belajar. Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS 16 for windows maka diperoleh hasil seperti tampak pada table 4.4 berikut.
Variabel
Kolmogorov-Smirnov
(Liliefors Significance Correction)
df
Sig
Keterangan
Keterlibatan Orang Tua
0.64
118
0.200
Normal
Hasil Belajar
0.322
118
0.060
Normal

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS seperti tampak pada Tabel 4.4 di atas, bahwa nilai signifikan untuk variable keterlibatan orang tua adalah 0,200 sedangkan untuk variable hasil belajar adalah 0,060. Berdasarkan nilai signifikan dari variable keterlibatan orangtua dan hasil belajar diperoleh nilai signifikan > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel berdistribusi normal.
4.2.2 Uji Linieritas
Uji linieritas garis regresi dimaksudkan untuk mengetahui keberartian koefisien arah regresi dari model linier antara variable bebas dengan variable terikat. Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan Uji F dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis disajikan pada table 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Uji Linieritas dengan Uji F pada Taraf Signifikansi α = 0,05.





Berdasarkan hasil analisis uji linieritas garis regresi pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa untuk semua hubungan variabel, harga F liniarity Fhitung dengan p < 0,05 dan untuk F Dev liniarity Fhitung dengan p > 0,05 atau harga F hasil analisis (Fa) lebih besar dari F table (Ft) maka hubungan kriterium dengan prediktor adalah hubungan linier. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar mempunyai hubungan yang linear.
4.3 Uji Hipotesis
            Hipotesis yang dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara keterlibatan orang tua dan hasil belajar. Setelah dilakukan analisis diperoleh ringkasan analisis sebagaimana tampak pada table 4.5 berikut.
Persamaan Garis Regresi
rxy
rtab
Keterangan
0,90
0,176
Signifikan

4.3.1 Hubungan Antara Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil Belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua (X) dengan hasil belajar (Y). Berdasarkan table 4.5 di atas, dapat diketahui persamaan regresi Y atas X adalah Ŷ = 80,690 - 0,059 X. berdasarkan analisis menggunakan program SPSS besarnya rhitung  = 0,90 dengan R2 = 0,008 = 0,8%, kemudian dikonsultasikan dengan rtabel product moment n = 118 pada taraf signifikansi 0,05 = 0,176. Hal ini menunjukkan bahwa rhitung = 0,90 signifikan pada α = 0,05. Ini berarti hipotesis penelitian (ha) yang diajukan, yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa melalui persamaan regresi Ŷ = 80,690 - 0,059 X dengan kontribusi sebesar 0,8%.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Hubungan antara Keterlibatan Orang Tua dengan Hasil Belajar pada Siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada
Berdasarkan hasil pengolahan data secara deskriptif dapat diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterlibatan orang tua siswa SD se-Gugus IX Kecamatan Golewa sebagian besar berada pada kategori  tinggi dan hasil belajar siswa termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tinggi tingkat keterlibatan orang tua maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa terdapat kontribusi yang positif dan signifikan dari keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh persamaan regresi Ŷ atas X adalah Ŷ = 80,690 - 0,059 X dengan kontribusi sebesar 0,08%. Maka dengan demikian, keterlibatan orang tua tidak berkontribusi nyata untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Sudjana (2010: 22) mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa-siswi setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Keterlibatan orang tua merupakan suatu bentuk peran aktif dari orang tua yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan perkembangan anak terutama untuk perkembangan kognitifnya. Menurut Ristiani (2015: 12) bahwa kata “terlibat‟ (keterlibatan) dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau ikut terlibat, ikut  berpartisipasi atau ikut berperan dalam situasi tertentu.  Kaitannya dengan  penelitian ini yaitu keterlibatan Orangtua dalam belajar anaknya, keterlibatan yang dimaksud mengandung arti keikutsertaan dan partisipasi serta berperannya Orangtua dalam kegiatan belajar anaknya, baik yang menyangkut pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana belajar, aktivitas belajar anak di rumah dan di sekolah, maupun dorongan dan motivasi Orangtua terhadap kegiatan belajar anaknya. Sejalan dengan Ristiani, Kristiyani (2013:-32) mendefinisikan keterlibatan orangtua di sekolah sebagai bentuk partisipasi orangtua dalam pendidikan anaknya dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya
Hal ini dipertegas oleh Henderson (dalam Tolada 2012: 18) yang menyatakan bahwa keterlibatan orang tua merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung belajar anak, baik di sekolah formal maupun di kursus belajar.. Pada hakekatnya orang tua merupakan guru pertama bagi anak. Perkembangan diri siswa di Sekolah tentunya berawal dari kehidupan keluarga. Keterlibatan orang tua yang sangat tinggi dalam belajar anak tentu akan menjadi kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan belajar sehingga hasil belajar siswa juga akan semakin tinggi.  
Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yahya (2015) tentang hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan statistik dengan rumus korelasi point biserial yang diperoleh nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,484 (lebih besar dari korelasi tabel, rtabel). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rizki (2017) yang menyatakan bahwa hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar orang tua melakukan pola asuh demokratis 35%, gabungan 28%, permisif 19% dan otoriter 18%, sedangkan untuk prestasi belajar anak baik sekali 37%, baik 48%, dan cukup 15%. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Donal (2014) menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan orang tua dengan hasil belajar siswa-siswi pada pembelajaran IPS di kelas VI SD. Berdasarkan teori pendukung dan hasil kajian empiris menyatakan bahwa terdapat hubungan keterlibatan orang tua dengan terhadap hasil belajar.




BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar siswa. Hal ini berdasarkan hasil analisis dalam hasil penelitian yang dilaksanaka di SD Se-Gugus IX, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada pada tanggal 16 April sampai dengan 16 Mei 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV dan V SD Se-Gugus IX, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada yang berjumlah 166 orang dan sampel pada penelitian ini berjumlah 118 orang yang diambil secara undian dan ditentukan berdasarkan tabel  Krecjie and Morgan serta formula Wenwich. Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian Ex-post facto. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan angket untuk variable keterlibatan orang tua, sedangkan hasil belajar diperoleh dari nilai rata-rata pada rapor siswa semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi sederhana dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa - siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada melalui persamaan regresi    Ŷ = 80,690 - 0,059 X dengan kontribusi sebesar 0,8%. Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa-siswi SD se-gugus IX, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Maka dengan demikian, faktor keterlibatan orang tua dapat dijadikan prediktor untuk peningkatan hasil belajar siswa di SD se-gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
5.2 Saran
Berdasarkan beberapa temuan yang diperoleh dari penelitian ini, menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan temuan tersebut, maka disarankan  sebagai berikiut.
1) Bagi Siswa
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini bahwa kontribusi keterlibatan orang tua terhadap hasil belajar siswa sangat besar, maka diharapkan kepada siswa-siswi agar selalu menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan selalu mendengarkan nasihat serta bimbingan dari orang tua.
2) Bagi Guru dan Sekolah
Guru hendaknya mampu untuk menarik para orang tua dengan menciptakan sebuah suasana sosial budaya yang positif di sekolah dan juga di luar lingkungan sekolah. Karena iklim sekolah berpengaruh langsung bagi keberhasilan keterlibatan orang tua di sekolah dan pendidikan siswa.
3) Bagi Orangtua
Orangtua hendaknya lebih memperhatikan perkembangan anaknya di rumah serta membimbing anak dengan penuh tanggung jawab.




Analisis Berpikir dan Manfaafnya

Beberapa analisis berpikir yang sangat baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari: Analisis Berpikir Kritis 1. Pertanyaan 5W + 1H: S...

Populer