HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA - SISWI SD SE-GUGUS IX KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA TAHUN AJARAN 2017/2018


HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN ORANG TUA DENGAN
HASIL BELAJAR PADA SISWA - SISWI SD SE-GUGUS IX
KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA
TAHUN AJARAN
2017/2018

ARTIKEL
LOGO CITRA BAKTI NGADA


OLEH:
SENOBIUS MBASU
NIM 201402149


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
CITRA BAKTI NGADA
JUNI 2018







HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN ORANG TUA DENGAN
HASIL BELAJAR PADA SISWA - SISWI SD SE-GUGUS IX
KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA
TAHUN AJARAN
2017/2018

Senobius Mbasu1, Ermelinda Yosefa Awe2, Marsianus Meka3
1)Mahasiswa Program Studi PGSD, 2,3)Dosen STKIP Citra Bakti

Program Studi PGSD, STKIP Citra Bakti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa-siswi SD Se-Gugus IX, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV dan V SD Se-Gugus IX, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada yang berjumlah 166 orang dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 118 orang yang diambil secara undian dan ditentukan berdasarkan tabel  Krecjie and Morgan serta formula Wenwich. Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian Ex-post facto. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan angket untuk variabel keterlibatan orang tua, sedangkan hasil belajar diperoleh dari nilai rata-rata pada rapor siswa semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi sederhana dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa - siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada melalui persamaan regresi    Ŷ = 80,690 - 0,059 X dengan kontribusi sebesar 0,8%. Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa-siswi SD se-gugus IX, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Maka dengan demikian, faktor keterlibatan orang tua dapat dijadikan prediktor untuk peningkatan hasil belajar siswa di SD se-gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.

Kata-kata Kunci : Keterlibatan Orang Tua dan Hasil Belajar

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between parental involvement with learning outcomes in the students of the Nine Group Primary School Golewa Subdistrict Ngada Regency. The population in this study were fourth and fifth graders of Elementary School in Nine Group Primary School Golewa Subdistrict Ngada Regency, amounting to 166 people and the sample in this study amounted to 118 people taken by lot and determined based on Krecjie and Morgan table and Wenwich formula. This research was designed in the form of ex-post facto research. The data in this study were collected using questionnaires for parents 'involvement variables, while the learning outcomes were obtained from the mean score on the odd semester students' report for the academic year 2017/2018. The data were analyzed by using simple regression test and F test. The results showed that: there was a positive and significant correlation between parent involvement and learning outcomes in the students of the nine group primary school Golewa subdistrict ngada regency through regression equation Ŷ = 80,690 - 0,059 X with a contribution of 0.8%. Based on these findings, it can be concluded that there is a positive and significant relationship between parental involvement with learning outcomes in elementary school students of the nine group primary school Golewa subdistrict ngada regency. Thus, the factor of parent involvement can be used as a predictor for improving student learning outcomes in elementary school of the nine group primary school Golewa subdistrict ngada regency.

Key Words: Parent Engagement and Learning Outcomes



PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebuah dasar untuk membangun bangsa yang kuat sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang system pendidikan nasional bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Keterlibatan orangtua memegang peranan yang sangat penting dalam  perkembangan umum anak, khususnya dalam belajar anak. Efek dari keterlibatan orangtua dalam belajar anak  salah satunya anak menjadi sukses dalam pembelajaran di sekolah, karena orangtua mendukung dan terlibat dalam pendidikan anak (Ristiani, 2015: 5). Pelibatan orangtua serta pemberdayaannya dalam mendidik anak untuk menghadapi masa depan, berhubungan dengan suatu strategi yang mengacu pada hubungan antara orangtua dan anak. Nasib pendidikan anak tersebut berada di tangan kedua orangtuanya. Kewajiban setiap orangtua dalam proses pendidikan adalah mengembangkan potensi anaknya yang banyak bergantung dari suasana pendidikan yang bersumber dari keadaan keluarga, pergaulan, dan kehidupan spiritual antara orangtua dan anak.
Kehidupan keluarga yang bertanggung jawab, sudah semestinya mampu menghadapi dan menangani tantangan atau permasalahan dengan berbagai persoalan kehidupan yang dinamis karena peningkatan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan perubahan nilai-nilai sosio-kultural sangat meningkat, sehingga mampu mengelola, dan mengatur masalah-masalah yang belum terpecahkan di dalam kehidupan. Ini sekaligus dapat disertai dengan menjalin kepentingan keluarga tersebut dalam kepentingan lingkungannya. Usaha seperti ini bukan hanya sebagai tugas masyarakat dan pemerintah, melainkan juga menjadi tugas rumah, yaitu tugas orangtua karena setiap persoalan kehidupan harus dihadapi. Anak harus mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan etis, yang dilandasi pengertian bahwa perkembangannya kepribadiannya juga

ditentukan dengan adanya manusia lain. Orangtua sebagai pendidik anak bertugas untuk terus-menerus mengamati dan berupaya meneladani prilaku yang baik dalam menjalankan tugasnya. Berbagai upaya tersebut akan mengarahkan anak menyadari tujuan hidupnya, menyadari apa yang diharapkan oleh lingkungannya, dan menemukan jati dirinya sehingga dapat mewujudkan cita-cita bangsanya. Dengan demikian, kualitas SDM anak akan meningkat dan hasil belajar anak di sekolah akan maksimal.
Kenyataan yang terjadi pada masa kini adalah anak lebih cendrung sibuk dengan dunia kesenangannya. Perkembangan IPTEK dapat menyebabkan penurunan moral anak bangsa. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian orangtua terhadap anak karena orangtua lebih fokus pada kesibukannya baik di kantor, berkebun, ataupun sebagai wirausaha. Orangtua tidak memanfaatkan lingkungan keluarga sebagai tempat belajar untuk anak serta menjadi guru di rumah bagi anak. Kurangnya keterlibatan orangtua inilah yang menjadi salah satu faktor rendahnya hasil belajar anak. Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam menempuh pendidikannya di sekolah, sehingga sangat mempengaruhi hasil belajar anak pada jenjang pendidikan yang sedang ditempuhnya. Anak dalam menjalani pendidikan di   lingkungan   keluarga   biasanya   terdapat   hambatan-hambatan yang dialami.
Menurut Ihsan (2008: 19), hambatan tersebut antara lain: 1) anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua, 2) figur Orangtua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak, 3) sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa menunjang belajar, 4) kasih sayang orangtua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan anak. orangtua yang berlebihan kasih sayang pada anaknya akan melayani setiap permintaan anaknya. Contohnya penggunaan handphone tanpa diawasi oleh orangtua sehingga anak-anak cendrung terpengaruh dengan budaya asing yang dapat merusak moral dan kepribadiannya. 5) orangtua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan orangtua yang terlalu tinggi, 6) orangtua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, (7) orangtua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak.
Berkaitan dengan pendapat di atas, perhatian orangtua termasuk ke dalam hambatan yang biasa terjadi dalam menjalani pendidikan di lingkungan keluarga. Kegiatan belajar seorang siswa dibutuhkan adanya peran serta atau keterlibatan dari orangtua agar anak semangat dalam belajarnya. Oleh karena itu, maka setiap lembaga melakukan penelitian dengan tujuan agar lebih jelas untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di sekolah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa-siswi sangat dibutuhkan interaksi belajar mengajar antara siswa-siswi dengan guru serta keterlibatan orangtua terhadap pendidikan anak.
Namun kenyataan yang terjadi di SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada menunjukkan bahwa kurang terdapat  interaksi sosial yang diharapkan antara orangtua dan anaknya. Hal ini dapat kita lihat dari hasil wawancara dengan guru di SDI Rutosoro dan Watuwula bahwa hasil pada rata-rata nilai ujian formatif siswa-siswi yang menunjukkan angka yang  kurang memuaskan atau tidak sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana rata-rata nilai ujian formatif siswa-siswi menunjukan angka yang sangat rendah dengan rata-rata persentasenya adalah 70% yang seharusnya KKM mencapai 75%. Hanya sebagian orangtua yang terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar di rumah seperti menyediakan fasilitas belajar, alat penunjang belajar, dan pemberian bimbingan. Orangtua cenderung menyerahkan anaknya sepenuhnya di sekolah.
Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orangtua menujukkan bahwa orangtua kurang memberikan bimbingan dan dukungan kepada anaknya, orangtua kurang memperhatikan anak dalam belajar di rumah, orangtua jarang menanyakan bagaimana hasil belajar yang diperoleh di sekolah, dan orangtua juga kurang memberikan motivasi belajar kepada anaknya sehingga anak tersebut tidak mendapat hasil belajar yang sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini terlihat juga dari hasil wawancara dengan siswa-siswi, beberapa siswa-siswi mengakui bahwa orangtua mereka kurang memperhatikan kegiatan belajar dirumah, diantaranya: tidak menyediakan fasilitas belajar, kurang mengawasi waktu belajar anak, tidak mengenal kesulitan belajar anak, tidak memberikan bimbingan dan nasihat, tidak pernah memberikan penghargaan dan hukuman kepada anak, kurang menciptakan suasana belajar yang tenang dan tentram.
Menyadari akan betapa pentingnya persoalan di atas, maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Hubungan antara Keterlibatan Orangtua dengan Hasil Belajar Siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada Tahun Ajaran 2017/2018.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, rumusan masalah adalah “Apakah Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Keterlibatan Orangtua dengan Hasil Belajar Siswa-siswi SD se-gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Tahun Pelajaran 2017/2018?”.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan orangtua dengan hasil belajar siswa-siswi SD se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Tahun Pelajaran 2017/2018
KAJIAN LITERATUR
Definisi belajar yang umum diterima saat ini adalah bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memeproleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan sesamanya, Sardiman (dalam Meka (2017: 80). Proses perubahan tingkah laku merupakan gambaran terjadinya rangkaian perubahan dalam kemampuan siswa-siswi. Sedangkan Hamalik (2004: 27) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dengan kata lain, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.
Kemudian definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Rahyubi, 2012: 2), secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang tidak dimiliki sebelumnya. Dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, serta dapat melaksanakan dan memiliki sesuatu. Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan menentukan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah Suatu proses perubahan tingkahlaku individu berdasarkan pengalamannya yang dihasilkan melalui interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prinsip-prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses belajar antara peserta didik dan pendidik yang dinamis dan terarah   (Yatim, 2012: 62). Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Slameto antara lain sebagai berikut. (1) Dalam belajar setiap siswa-siswi harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. (2) Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa-siswi untuk mencapai tujuan instruksional. (3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.     (4) Belajar perlu ada interaksi siswa-siswi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Weil (dalam Rusman, 2012: 100) ada tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa-siswi. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisik, sosial, dan logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial. Atas dasar tiga prinsip pembelajaran tersebut di atas, maka proses pembelajaran harus diarahkan agar siswa-siswi mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, yang meliputi: kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kulturan, dan kompetensi temporal.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut: 1) adanya perubahan prilaku individu yang di dapat dari hasil belajar, 2) perubahan prilaku tersebut bersifat menetap, 3) adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya, 4) adanya perhatian dan motivasi dalam belajar
Susilo (2009: 39) mengemukakan ciri-ciri belajar sebagai berikut. (1) Belajar dengan kematangan. Pertumbuhan adalah faktor utama sebagai pengubah tingkah laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan dan bukan karena belajar. Memang banyak perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi antara kematangan dan belajar, yang berlangsung dalam proses yang rumit. Misalnya, anak mengalami kematangan untuk berbicara, kemudian berkat pengaruh percakapan masyarakat di sekitarnya, maka dia dapat berbicara tepat pada waktunya.  (2) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental. Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi karena perubahan fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan berulangkali yang mengakibatkan badan menjadi lelah/letih. Gejala seperti kelelahan mental, konsentrasi menjadi kurang, melemahnya ingatan, terjadi kejenuhan, semua dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, mislanya berhenti belajar, menjadi bingung,dan rasa kegagalan. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tak dapat digolongkan sebagai belajar. Jadi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh perubahan fisik dan mental bukan atau berbeda dengan belajar dalam arti yang sebenarnya. (3) Belajar hasilnya relative menetap. Hasil belajar dalam bentuk tingkah laku. Belajar berlangsung dalam bentuk latihan dan pengalaman. Tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku yang nyata dan dapat diamati. Misalnya, sesorang bukan hanya mengetahui sesuatu yang perlu diperbuat, melainkan juga melakukan itu sendiri secara nyata. Jadi, istilah menetap dalam hal ini, bahwa perilaku itu dikuasai secara mantap. Kemantapan ini berkat latihan dan pengalaman.
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukann secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar.
Wahidmurni, Susanto (dalam Awe dan Benge, 2017: 232) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari belajar. Lebih lanjut Slameto (2008: 8) mengemukakan bahwa “hasil belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa-siswi dengan tujuan mengukur kemajuan belajar siswa-siswi”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan prilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Keterlibatan berasal dari kata libat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa keterlibatan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga keterlibatan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Para penelitian telah mendefinisikan keterlibatan dari berbagai macam sudut pandangnya.
Sedangkan Menurut Ristiani       (2015: 12) bahwa kata “terlibat‟ (keterlibatan) dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau ikut terlibat, ikut  berpartisipasi atau ikut berperan dalam situasi tertentu.  Kaitannya dengan  penelitian ini yaitu keterlibatan Orang Tua dalam belajar anaknya, keterlibatan di sini mengandung arti keikutsertaan dan partisipasi serta berperannya Orang Tua dalam kegiatan belajar anaknya, baik yang menyangkut pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana belajar, aktivitas belajar anak di rumah dan di sekolah, maupun dorongan dan motivasi Orang Tua terhadap kegiatan belajar anaknya.
Menurut Zakiah Daradjat (dalam Hasbi, 2012: 2) orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Sedangkan menurut Rahmat, Stephanus Turibius  (dalam Obon, 2017: 16) orang tua adalah guru moral pertama anak-anak dan pemberi pengaruh yang paling dapat bertahan lama. Seorang anak dapat berganti-ganti guru setiap tahunnya, tetapi mereka memiliki satu orang tua sepanjang masa pertumbuhannya. Orang tua berada pada posisi sebagai pengajar moralitas yang menawarkan sebuah visi kehidupan dan alasan utama untuk menjalani kehidupan yang bermoral. Pengaruh kekuatan pengasuhan orang tua sangat menentukan perkembangan seorang anak. pembentukan karakter anak berarti membentuk perilaku, kebiasaan, kemampuan, kecendrungan, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang baik dan konstruktif dalam diri seorang anak. Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dan menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak untuk membentuk moral dan kepribadian anak-anak yang dilahirkannya.
Menurut (Kristiyani,2013:-32) Keterlibatan Orang Tua di sekolah dapat didefinisikan sebagai partisipasi Orang Tua dalam pendidikan anaknya dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya. Kemudian Henderson (dalam Tolada 2012: 18) mendefinisikan keterlibatan orang tua merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung belajar anak, baik di sekolah formal maupun di kursus belajar. Menurut Hawes & Jesney (dalam Ristiani, 2015: 13) keterlibatan Orang Tua diartikan sebagai partisipasi Orang Tua terhadap pendidikan dan pengalaman anaknya. Berdasarkan hal tersebut, keterlibatan Orang Tua merupakan partisipasi langsung Orang Tua terhadap pendidikan belajar anak baik di sekolah maupun di tempat lain yang dapat mendukung kemajuan anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang tua merupakan bentuk peran serta atau kepedulian orang tua

untuk ikut bertanggung jawab terhadap proses pendidikan anaknya, membantu proses tumbuhkembang anak, baik fisik, motorik serta perkembangan kognitif anak dengan tujuan mendorong kesuksesan akademik dan sosialnya.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan memiliki pengaruh yang positif dalam peningkatan hasil belajar siswa-siswi (Dwiningrum, 2011:68). Orang tua yang terlibat dalam pendidikan anaknya baik di sekolah maupun di rumah, dapat memengaruhi hasil belajar anak tersebut. Keterlibatan orang tua secara sadar baik dalam bentuk fisik maupun non fisik akan berdampak positif terhadap aktivitas belajar seorang anak. Dalam memenuhi kebutuhan belajar anak, orang tua tentunya memperhatikan fasilitas belajar, ruang belajar, tempat belajar, dan buku-buku penunjang yang dibutuhkan oleh anak.
Keterlibatan orang tua dalam hasil belajar anak dapat dilakukan dengan beberapa cara bergantung pada kondisi dan keadaan orang tuanya. Ada beberapa cara orang tua agar tetap terlibat pada belajar anak, antara lain dapat dilihat dari pemberian dukungan terhadap anak, pemberian tambahan bimbingan belajar, pemberian terhadap tugas sekolah dan jadwal harian, serta ditunjukkan dengan partisipasi orang tua dalam kegiatan sekolah. Apabila cara tersebut dapat dilakukan oleh orang tua bisa dipastikan orang tua terlibat dalam proses belajar anak. Dengan adanya orang tua yang selalu terlibat dalam proses belajar anak maka akan terjadi peningkatan hasil belajar anak.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini merupakan penelitian Ex Post Facto karena variabel bebas dalam penelitian ini tidak dikendalikan atau diperlakukan khusus melainkan hanya mengungkapkan fakta berdasarkan pengukuran gejala yang telah ada pada diri responden sebelum penelitian ini dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010: 8) yang mengemukakan bahwa penelitian Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan logika dasar yaitu jika x maka y. Dalam penelitian tidak ada manipulasi langsung terhadap variabel independen.
Sukardi (2012: 165) mengatakan Penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika penelitian mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Keterkaitan antara variable bebas dan variabel bebas maupun variabel bebas dan variabel terikat sudah terjadi secara alami, namun akan diatur untuk melacak kembali apa yang menjadi faktor penyebabnya.
Menurut Arikunto (2006: 270) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel (x) keterlibatan orangtua dan (y) hasil belajar). Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar se-Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada pada tanggal 16 April sampai dengan 16 Mei 2018.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 166 orang.


Tabel 1 Data Jumlah Siswa-siswi SD Se-Gugus IX Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada TA 2017/2018.


NO
SEKOLAH DASAR
KELAS
JUMLAH
1     SDI Rutosoro                                         IV                             23
                                                                      VA                           21
                                                                      VB                           20
2      SDN Watuwula                                      IV                            12
                                                                       V                             10
3      SDK Olabolo                                          IV                            15
                                                                       V                             23
4      SDI Wolorowa                                        IV                            21
                                                                       V                             21
            Jumlah                                               9                            166



Sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 118 orang yang diambil secara undian dan ditentukan berdasarkan tabel  Krecjie and Morgan serta formula Wenwich. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan angket untuk variable keterlibatan orangtua, sedangkan hasil belajar diperoleh dari nilai rata-rata pada rapor siswa semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Setelah dilakukan analisis diperoleh ringkasan analisis sebagaimana tampak pada Table 2 berikut.



Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Persamaan Garis Regresi
rxy
rtab
Keterangan
0,90
0,176
Signifikan




Berdasarkan Table 2 di atas, dapat diketahui persamaan regresi Y atas X adalah Ŷ = 80,690 - 0,059 X. berdasarkan analisis menggunakan program SPSS besarnya rhitung  = 0,90 dengan R2 = 0,008 = 0,8%, kemudian dikonsultasikan dengan rtabel product moment n = 118 pada taraf signifikansi 0,05 = 0,176. Hal ini menunjukkan bahwa rhitung = 0,90 signifikan pada α = 0,05.

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orangtua (X) dengan hasil belajar (Y). Diketahui persamaan regresi Y atas X adalah Ŷ = 80,690 - 0,059 X. berdasarkan analisis menggunakan program SPSS besarnya rhitung  = 0,90 dengan R2 = 0,008 = 0,8%, kemudian dikonsultasikan dengan rtabel product moment n = 118 pada taraf signifikansi 0,05 = 0,176. Hal ini menunjukkan bahwa rhitung = 0,90 signifikan pada α = 0,05. Ini berarti hipotesis penelitian (ha) yang diajukan, yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orangtua dengan hasil belajar siswa melalui persamaan regresi Ŷ = 80,690 - 0,059 X dengan kontribusi sebesar 0,8%.

Keterlibatan orangtua merupakan suatu bentuk peran aktif dari orangtua yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan perkembangan anak terutama untuk perkembangan kognitifnya. Menurut Ristiani (2015: 12) bahwa kata “terlibat‟ (keterlibatan) dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau ikut terlibat, ikut  berpartisipasi atau ikut berperan dalam situasi tertentu.  Kaitannya dengan  penelitian ini yaitu keterlibatan Orangtua dalam belajar anaknya, keterlibatan di sini mengandung arti keikutsertaan dan partisipasi serta berperannya Orangtua dalam kegiatan belajar anaknya, baik yang menyangkut pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana belajar, aktivitas belajar anak di rumah dan di sekolah, maupun dorongan dan motivasi Orangtua terhadap kegiatan belajar anaknya. Pada hakekatnya orangtua merupakan guru pertama bagi anak. Perkembangan diri siswa di Sekolah tentunya berawal dari kehidupan keluarga. Keterlibatan orangtua yang sangat tinggi dalam belajar anak tentu akan menjadi kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan belajar sehingga hasil belajar siswa juga akan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil pengolahan data secara deskriptif dapat diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterlibatan orangtua siswa SD se-Gugus IX Kecamatan Golewa sebagian besar berada pada kategori  tinggi dan hasil belajar siswa termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tinggi tingkat keterlibatan orangtua maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa terdapat kontribusi yang positif dan signifikan dari keterlibatan orangtua dengan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh persamaan regresi Ŷ atas X adalah Ŷ = 80,690 - 0,059 X dengan kontribusi sebesar 0,8%. Maka dengan demikian, keterlibatan orangtua tidak berkontribusi nyata untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Keterlibatan orangtua merupakan suatu bentuk peran aktif dari orangtua yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan perkembangan anak terutama untuk perkembangan kognitifnya. Menurut Ristiani (2015: 12) bahwa kata “terlibat‟ (keterlibatan) dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau ikut terlibat, ikut  berpartisipasi atau ikut berperan dalam situasi tertentu.  Kaitannya dengan  penelitian ini yaitu keterlibatan Orangtua dalam belajar anaknya, keterlibatan di sini mengandung arti keikutsertaan dan partisipasi serta berperannya Orangtua dalam kegiatan 


belajar anaknya, baik yang menyangkut pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana belajar, aktivitas belajar anak di rumah dan di sekolah, maupun dorongan dan motivasi Orangtua terhadap kegiatan belajar anaknya. Pada hakekatnya orangtua merupakan guru pertama bagi anak. Perkembangan diri siswa di Sekolah tentunya berawal dari kehidupan keluarga. Keterlibatan orangtua yang sangat tinggi dalam belajar anak tentu akan menjadi kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan belajar sehingga hasil belajar siswa juga akan semakin tinggi.
Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yahya (2015) tentang hubungan antara perhatian orangtua dengan prestasi belajar siswa-siswi bidang studi PAI di Madrasah Iptidayah Negeri III Kabupaten Malang. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan statistik dengan rumus korelasi point biserial yang diperoleh nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,484 (lebih besar dari korelasi tabel, rtabel).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki (2017) dengan judul Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar Kelas II dan III. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan prestasi belajar anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar orangtua melakukan pola asuh demokratis 35%, gabungan 28%, permisif 19% dan otoriter 18%, sedangkan untuk prestasi belajar anak baik sekali 37%, baik 48%, dan cukup 15%.
Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Donal (2014) dengan judul “Hubungan antara Dukungan Orangtua dengan Hasil Belajar Siswa-siswi pada Pembelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai r hitung sebesar 0,796 dan r tabel sebesar 0,288. Diketahui nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan orangtua dengan hasil belajar siswa-siswi pada pembelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu.
Berdasarkan teori pendukung dalam perumusan hipotesis dan hasil kajian penelitian yang relevan, dugaan yang menyatakan bahwa keterlibatan orangtua berkontribusi terhadap hasil belajar telah dibuktikan secara empirik dalam penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dengan hasil belajar pada siswa-siswi SD se-gugus IX, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, maka dapat diberikan beberapa saran diantaranya adalah saran bagi siswa. Siswa sebagai seorang anak di rumah hendaknya agar selalu menjalin hubungan yang baik dengan orangtua dan selalu mendengarkan nasihat serta bimbingan dari orangtua. Selanjutnya saran yang lain adalah bagi guru dan Sekolah. Guru hendaknya mampu untuk menarik para orangtua dengan menciptakan sebuah suasana sosial budaya yang positif di sekolah dan juga di luar lingkungan sekolah. Karena iklim sekolah berpengaruh langsung bagi keberhasilan keterlibatan orangtua di sekolah dan pendidikan siswa. Selain itu adalah saran bagi orangtua. Orangtua hendaknya lebih memperhatikan perkembangan anaknya di rumah serta membimbing anak dengan penuh tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Afriansyah, Donal. 2014. Hubungan antara Dukungan Orangtua dengan Hasil Belajar Siswa-siswi pada Pembelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri 68 Kota Bengkulu. Artikel. http://ejournal.Afriansyah,Donal.2014.Hubungan-antara-Dukungan-Orang-Tua-dengan-Hasil-Belajar-Siswa-siswi-pada Pembelajaran-IPS-di-Kelas-VI-SD-Negeri-68-Kota Bengkulu. Diakses pada tanggal 20 Februari 2018. Anitah W, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Awe, Ermelinda Yosefa dan Benge Kristina. 2017. Hubungan Antara Minat dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar IPA Pada Siswa SD. Jurnal. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JET/article/view/12859/0. (diakses 5 Juli  2018).
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasbi Wahy. 2012. Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama dan Utama. Jurnal Ilmiah Didaktika vol. XII, No. 2. https://media.neliti.compublications.Keluarga-Sebagai-Basis-Pendidikan-Pertama-dan-Utama. Diakses pada tanggal 19 Februari 2018.
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Komalasari, Kokom. 2015. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Meka, Marsianus. 2017.  Hubungan Antara Sikap Siswa Terhadap Matematika Dan Lingkungan Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDK Olabolo Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti. Vol. 4. No 1.
Obon, Frans. 2017. Orang Tua, Guru Moral Pertama Anak. Flores Pos, 5 Juni 2017, halaman 16 kolom 3, 4 – 5.
Rizki, Sari Defia. 2017. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar Kelas II dan III. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan-Sukabumi. http://www.ejournal.Rizki,SariDefia.2017/1/8.Hubungan-Pola-Asuh-Orangtua-Dengan-Prestasi-Belajar-Anak-Usia-Sekolah-Dasar-Kelas-II-dan-III. Diakses pada tanggal 20 Februari 2018.
Ristiani Ema Putri. 2015. Pengaruh Keterlibatan Orangtua dalam Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Daerah Binaan III Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang. Skripsi (Tidak-diterbitkan). http://lib.unnes.2015.Pengaruh-Keterlibatan-Orangtua-dalam-Belajar-Terhadap-Prestasi-Belajar-Siswa-Kelas-V-Sekolah-Dasar-Negeri-Se-Daerah-Binaan-III-Kecamatan-Petarukan-Kabupaten-Pemalang.ac.id. Diakses pada 18 Februari 2018.
Rahyubi, Heri. 2012. Teori-teori belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik dan Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta; PT. Rajagrafindo Persada.
Susilo, Herawati dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia.
Sugiyono.2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Titik Kristiyani. Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan dan Komitmen Siswa. Artikel. https://journal.ugm.ac.id.Titik-Kristiyani.Keterlibatan-Orangtua-dalam-Pendidikan-dan-Komitmen-Siswa. Diakses pada tanggal 20 Februari 2018.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang system pendidikan nasional. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Berpikir dan Manfaafnya

Beberapa analisis berpikir yang sangat baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari: Analisis Berpikir Kritis 1. Pertanyaan 5W + 1H: S...

Populer