Oleh
SENOBIUS
MBASU
MARTINA
NOKO
DEK NGURAH LABA LAKSANA
1Guru di SD Inpres Rutosoro
2Mahasiswa STKIP Citra Bakti
3Dosen STKIP Citra Bakti
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk membahas
tentang pengembangan Lembar Kerja Siswa dengan menggunakan pendekatan
kontekstual yang memiliki spirit Medha
Mazi. Penelitian dilakukan menggunakan metode observasi dan wawancara,
yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung di dalam ruangan kelas dan
berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru pamong dan para guru di
SDI Rutosoro. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah berupa LKS
dengan pendekatan kontekstual medha mazi materi
pokok tentang musyawarah tahapan-tahapan yang dilalui dalam pengembangan LKS
ini adalah (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap penilaian.
Kata Kunci :
Pengembangan, LKS, PKn, Kontekstual, Medha
mazi. Organisasi.
METODE
Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data
dengan observasi dan wawancara. Observasi adalah suatu cara untuk mendapatkan
keterangan mengenai situasi dengan melihat dan mendengar apa yang terjadi
kemudian semuanya dicatat dengan cermat. Wawancara adalah bertemunya dua orang
saling bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di
konstruksikan makna-makna dalam suatu topik tertentu.
PENDAHULUAN
Pendidikan dalam istansi
persekolahan mempunyai tujuan utama yakni membentuk dan mengembangkan potensi
intelektual yang dilaksanakan secara terprogram dan terkoordinatif, dimana
materi pendidikannya dilaksanakan secara metodis, sistematis, intensif, efektif
dan efisien menurut ruang dan waktu yang telah ditentukan. UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir 1 menyatakan bahwa “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar yang
menyenangkan dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Kurikulum 2013 ini berakar pada budaya
lokal dan bangsa memiliki arti bahwa kurikulum harus memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar dari budaya setempat dan nasional tentang
berbagai nilai yang penting. Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya
setempat dan nasional menjadi nilai budaya yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadi nilai yang dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di
masa depan.
Kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan pandangan filsafat eksperimentalisme harus dapat
mendekatkan pada hal-hal yang dipelajari di sekolah dengan hal-hal yang terjadi
di masyarakat setempat.
Oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi di masyarakat sebagai sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial
memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
yang peduli pada lingkungan sosial, alam, dan lingkungan budaya. Kurikulum juga
harus dapat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual, berpikir
rasional, dan kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta didik menjadi
suatu kemampuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kehidupan masyarakat
yang lebih baik. Sesuai dengan pandangan filsafat esensialisme dan
perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan intelektual dan berpikir
rasional sebagai aspek penting yang harus menjadi kepedulian kurikulum untuk
dikembangkan. Kurikulum harus dapat mewujudkan peserta didik menjadi manusia
yang terdidik dan sekolah harus menjadi centre for excellence.
Permasalahan yang dihadapi oleh instansi persekolahan salah satunya
adalah rendahnya mutu pendidikan. Oleh karena itu, usaha peningkatan kualoitas
pendidikan terus dilakukan secara sistematis. Pembaharuan pendidikan merupakan
upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan memperbaiki praktik
pendidikan. Salah satu upaya yang bias dilakukan adalah dengan menciptakan
kurikulum yang lebih memberdayakan siswa. Oleh karena itu, dinas pendidikan di
kecamata golewa selatan, golewa tengah dan Bajawa menerapkan pendekatan
kontekstual dengan spirit medha mazi
dalam proses pembelajaran untuk memudahkan perkembangan belajar siswa, dengan
menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar.
Sumber belajar merupakan sarana yang bisa dimanfaatkan guru guna untuk
kepentingsn proses pembelajaran, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, sebagian atau keseluruhan (Sudjana dan Rifai, 2003:76). Salah satu
sumber belajar yang digunakan guru untuk menunjang proses pembelajaran salah
satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).
Pendidikan kewarganegaraan
adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan
kewajiban suatu warga negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan
tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang diharapkan.
PEMBAHASAN
Pengembangan Pembelajaran
Clarence Schauer menyebut pengembangan pembelajaran sebagai perencanaan
secara akal sehat untuk mengidentifikasi masalah belajar dan mengusahakan
pemecahan masalah tersebut dengan menggunakan suatu rencana terhadap
pelaksanaan, evaluasi, uji coba, umpan balik, dan hasilnya.
Twelker,
Urbach, dan Buck mendefinisiskan pengembangan pembelajaran sebagai cara yang
sistematik untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu bahan
dari strategi belajar dengan maksud mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
pengembangan pembelajaran merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran.
Pembelajaran Kontekstual
Nurhadi
(2005:5) berpendapat bahwa pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan
melibatkan ketuju komponen utama pembelajaran yang efektif yaitu
konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan
penilaian sebenarnyaatau authentic
assesment. Pembelajaran
kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan
konteks dunia nyata siswa yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, alam sekitar sehingga siswa mampu membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah
pembelajaran kontekstual, yaitu. (1) Memilih tema, (2) Menentukan
konsep-konsep yang dipelajari, (3)
Menentukan
kegiatan –kegiatan untuk investigasi konsep-konsep terdaftar, (4) Menentukan mata
pelajaran terkait(dalam bentuk diagram), (5) Meriviu kegiatan-kegiatan
& mata pelajaran yang terkait,
(6) Menentukan urutan kegiatan, dan (7) Menyiapkan rencana tindak lanjut.
Medha Mazi
Secara harafiah, medha mazi berasal
dari bahasa Bajawa yang terdiri dari
dua kata yaitu “medha” artinya duduk
atau berkumpul dan “mazi” yang berarti bercerita. Medha mazi berarti berkumpul bersama
untuk menyelesaikan persoalan dengan duduk untuk bermusyawarah.
Pengembangannya secara harmonis
melalui keseimbangan antara :
Olah hati /etik ,olah pikir
/literasi,olah rasa /estetika,olah raga /kinestetik.
Serta harus didasari melalui
revolusi mental yang merupakan perubahan
relatif yang cepat dalam cara berpikir
dalam merespon ,bertindak dan bekerja.
Pembelajaran
dengan pendekatan Medha mazi merupakan
pembelajaran yang kemudian diangkat
kedalam konsep yang dibahas melalui kegiatan duduk secara kelompok untuk
bercerita, berdialog, atau bertanya jawab untuk menyelesaikan suatu
permasalahan secara
bermusyawarah. Medha mazi merupakan
suatu spirit pendekatan guru kepada siswa dalam proses pembelajaran dengan
menganut sistem budaya setempat yakni kebiasaan berkumpul dan berbicara untuk
menyelesaikan suatu masalah secara bersama-sama. Boleh dikatakan bahwa spirit
medha mazi memiliki kesamaan dengan model kooperatif yaitu siswa duduk secara
berkelompok untuk membahas masalah yang diberikan guru melalui LKS.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual spirit medha mazi adalah menyadarkan peserta didik bahwa apa
yang mereka pelajari sangat berguna dalam kehidupan nyata mereka sehingga mereka akan memposisikan diri mereka sendiri yang membutuhkan bekal untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
Lembar Kerja Siswa (Lks)
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan bahan ajar yang dikembangkan oleh
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
LKS berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa sebagai bentuk latihan yang bertujuan agar siswa dapat
memahami dan mengerti tentang materi yang diajarkan. LKS merupakan salah satu
sarana untuk membantu dan mempermudah
dalam kegiatan pembelajaran
sehingga akan terbentuk interaksi yang
efektif antara peserta
didik dengan guru,
dan dapat meningkatkan aktifitas peserta didik
dalam peningkatan prestasi
belajar. Lembar kerja siswa (LKS) memuat diantaranya judul LKS,
kompetensi dasar, waktu
penyelesaian, bahan/ peralatan
yang digunakan, informasi singkat,
langkah kerja, tugas
yang harus dilakukan,
dan laporan yang
harus dikerjakan. Maka LKS masih sangat dibutuhkan untuk menunjang
pembelajaran yang lebih efektif untuk beberapa pelajaran yang membutuhkan
pemahaman melalui latihan-latihan soal. Namun masih banyak siswa yang kurang
memahami suatu materi hanya dengan mengerjakan soal-soal yang bersifat
teoritis, untuk itu perlu adanya pengembangan LKS dengan pendekatan kontekstual
medha mazi atau pemahaman melalui
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan
pendekatan kontekstual medha mazi yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah LKS yang dikembangkan berorientasi pada
pemunculan masalah yang berhubungan
dengan kehidupan nyata siswa sdesuai dengan kebiasaan budaya
setempat. Konteks masalah
yang dimunculkan harus
sesuai dengan konsep materi yang sedang dipelajari. Konteks yang
dimaksudkan adalah situasi atau peristiwa
yang sesuai dengan
konsep yang dipelajari.
Pengembangan LKS dengan
pendekatan kontekstual medha mazi
ini diharapkan dapat membuat peserta didik akan lebih tertarik dan termotivasi
untuk belajar tentang organisasi karena
mereka merasa dekat
dengan kehidupan mereka
sehari-hari dalam penerapannya dalam kehidupan nyata.
Pendidikan
Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan
pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban suatu warga negara agar setiap hal
yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng
dari apa yang diharapkan.
Tujuan utama PKn adalah
untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta prilaku yang
cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta
ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan
mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Selain
itu juga brertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi
luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, professional, bdertanggung
jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Organisasi
Organisasi
merupakan kumpulan dua orang atau lebih untuk saling bekerja sama agar dapat
mencapai tujuan bersama.
Tujuan
organisasi yaitu: (1) untuk mengatasi keterbatasan kemandirian, kemampuan,
serta sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai sebuah tujuan, (2) tempat
untuk mencapai tujuan dengan efisien serta selektif karena dilakukan secara
bersama-sama, (3) tempat dalam mendapatkan pembagian kerja dan jabatan, (4)
tempat untuk mencari keuntungan dan pendapatan bersama-sama, tempat untuk
mengelola lingkungan secara bersama-sama, (5) tempat untuk mendapatkan
penghargaan, (6) tempat mendapatkan pengawasan dan kekuasaan, (7) tempat untuk
menambat pergaulan serta memanfaatkan adanya waktu luang.
KESIMPULAN
Pengembangan pembelajaran merupakan serangkaian proses yang dilakukan
untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran.
Pembelajaran
kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan
konteks dunia nyata siswa yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, alam sekitar sehingga siswa mampu membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Medha mazi berarti berkumpul bersama untuk menyelesaikan persoalan dengan duduk untuk bermusyawarah.
Medha mazi
merupakan suatu spirit pendekatan guru kepada siswa dalam proses pembelajaran
dengan menganut sistem budaya setempat yakni kebiasaan berkumpul dan berbicara
untuk menyelesaikan suatu masalah secara bersama-sama.
Lembar
kerja siswa (LKS) merupakan bahan ajar yang dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran.
Pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya
nilai-nilai hak dan kewajiban suatu warga negara agar setiap hal yang dikerjakan
sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang
diharapkan.
Organisasi
merupakan kumpulan dua orang atau lebih untuk saling bekerja sama agar dapat
mencapai tujuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Atik Winarti
dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika SMP Kelas VII. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi.
2005. CTL (Contextual Teaching and
Learning) dan penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.
LEMBAR
KERJA SISWA (LKS)
Kompetensi Dasar
3.2 Menyebutkan
Contoh Organisasi di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat
Indikator
1. Menyebutkan contoh organisasi di
lingkungan sekolah
2. Menjelaskan manfaat, tujuan, dan struktur
organisasi yang ada di lingkungan sekolah.
Pertanyaan
1.
Jelaskan
manfaat mengikuti organisasi di lingkungan sekolah?
2.
Jelaskan
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh organisasi sekolah?
3.
Sebutkan
organisasi yang yang berada di sekolah dan masyarakat?